Ini Cara Menpar Arief Yahya Sejahterakan Pegawai Kemenpar
Rencananya, setelah Perumahan Pesona Indonesia Deli Serdang ini, akan dilanjutkan dengan peresmian Perumahan Pesona Indonesia di Parung, Bogor. Kawasan itu sudah dibeli lama, oleh Korpri Kementerian Pariwisata, lalu dikerjasamakan dengan developer untuk proses pembangunannya. Dan semuanya sudah sold out, bahkan di Parung, tanahnya sudah naik lebih dari 50% dari harga saat dibuka pertama tahun lalu.
“Ini ada ilmunya. Di Indonesia property itu masih menjadi primadona. Tanah dijemur saja, dibiarkan saja, dalam kondisi normal, value-nya naik 20% per tahun, hampir 3 kali lipat dari bunga bank. Itu yang sering saya sebut dengan non operational value. Apalagi, tanah itu dimanfaatkan untuk bisnis, dia akan memperoleh operational value yang bisa 5-10% setahun,” kata Arief Yahya.
Karena itu, membeli tanah apalagi yang strategis di Indonesia itu tidak ada ruginya. Dia sering menyebut land bank. “Inilah yang sedang kami kembangkan bersama Korpri, dan BTN. Setelah Medan, minggu depan di Parung Bogor, lalu Bandung, Bali, Lombok, Makassar, Palembang, yang memiliki Sekolah Pariwisata di bawah Kemenpar,” kata Arief Yahya.
Dia menjelaskan, rumah ini merupakan kebutuhan dasar bagi manusia, makanya dengan adanya perumahan yang disubsidi oleh pemerintah dan dikelola developer dan disupport finansialnya oleh BTN, ini akan menjadi skema yang cantik.
Menpar berharap, selesainya pembangunan perumahan ini diharapkan menjadi inspirasi bagi Akpar daerah lain untuk membangun yang sama. Dia menyadari, kesejahteraan PNS itu belum sebaik industry seperti financial, telco atau telecommunication, maupun property. “Khusus setiap Ramadan, saya selalu memikirkan kesejahteraan mereka,” aku Arief Yahya.
Dia mencontohkan, seperti asuransi jiwa dan asuransi kesehatan itu sangat penting. Memang di saat sehat dan muda, itu seolah-olah tidak mendesak. Tetapi, ketika kejadian di Makassar, salah satu karyawannya meninggal persis, sebulan setelah tidak memperpanjang asuransi jiwanya.
“Itu penderitaan yang luar biasa bagi keluarga yang ditinggalkannya. Kawan-kawan seprofesinya paling berempati dalam satu Minggu saja, setelah itu siapa yang memikirkan nasib keluarganya?” tanya Arief Yahya. Itulah pentingnya asuransi.
Dia meminta kepada PNS untuk bersatu. Kalau secara perorangan, dia menghitung, tidak akan mampu mengikuti insurance yang layak. Tidak mungkin gaji PNS cukup untuk pertanggungan Rp 200 juta, terlalu mahal. “Tetapi kalau kompak, semua ikut, jumlahnya besar, saya bisa bicara ke perusahaan asuransinya,” kata Arief Yahya. (jpnn)