Ini Cara Sindikat PSK Mencari Mangsa ke Pelosok
Dijanjikan Pekerjaan, lalu Dijerat Utangjpnn.com - SURABAYA - Empat perempuan yang diamankan polisi dan petugas satpol PP dari Wisma Permata Biru, Jalan Jarak (satu kompleks dengan Dolly), pada Selasa malam (22/10) lalu, hingga kemarin masih diperiksa di Mapolsek Sawahan. Wajah mereka tampak kuyu dan lelah saat menerima pertanyaan penyidik. Mereka mengaku belum pernah diperiksa polisi sebelumnya. Ada rasa takut bercampur gembira karena sudah terbebas dari pekerjaan sebagai PSK.
Seorang PSK yang biasa dipanggil Tari, 29, mengaku ingin segera pulang. Perempuan asal Pemalang, Jawa Tengah, itu ingin bertemu dengan dua putrinya. "Saat melayani tamu, terkadang saya ingat putri saya. Mau nangis rasanya," ujar janda dua anak itu.
Perkenalan Tari dengan dunia prostitusi berawal saat dirinya membutuhkan uang untuk biaya pendidikan dua putrinya tersebut. Sementara itu, dia tak memiliki banyak keahlian. Dia memang pernah menjadi penjaga toko di Jakarta, tapi penghasilannya tidak mencukupi untuk membiayai dua anaknya.
Suatu hari di akhir Agustus, dia bertemu dengan seorang perempuan bernama Mery. Perempuan itu adalah kenalan rekan Tari saat bekerja sebagai penjaga toko pakaian di Jakarta. Mery menawarkan pekerjaan buat Tari. Sejak awal, Tari memang pasrah mau kerja apa saja. Tetapi, dia tak menyangka jenis pekerjaan yang ditawarkan Mery adalah pelayan lelaki.
Namun, kondisi juga yang membuat dia terpaksa menerima itu. Saat itu, dia tidak punya banyak pilihan. Akhirnya, Tari menerima tawaran tersebut. "Mau bagaimana lagi, saya butuh uang," ujarnya.
Dia masih ingat betul pada 1 September lalu datang ke Surabaya dengan diantar Mery. Dia datang dengan naik kereta api dari Pemalang, Jawa Tengah. Semua ongkos ditanggung Tari. Meski demikian, dia juga sempat memberikan uang Rp 200 ribu kepada Mery sebagai imbal jasa telah diantarkan ke Surabaya. "Di Surabaya saya langsung diajak ke Wisma Permata Biru," terangnya.
Tari sendiri tidak terlalu mengenal sosok Mery. Setelah pertemuan itu, dia mengaku tidak pernah bertemu lagi dengan Mery.
Alasan yang hampir sama disampaikan Nurul, 23, yang berasal dari Batang, Jawa Tengah. Di kotanya, Nurul memang sudah akrab dengan dunia malam. Dia menjadi pemandu karaoke. "Saya punya tanggungan dua anak kecil. Satu anak saya dan satunya lagi anak mbak," kata Nurul yang mengaku nikah siri dan ditinggal suaminya.
Nurul menceritakan, awal Juli lalu dirinya didatangi seorang perempuan yang biasa dipanggil Mak Roma. Perempuan itu menjanjikan pekerjaan untuk Nurul di Surabaya dengan penghasilan lumayan. "Saya sudah diberi tahu kalau pekerjaannya seperti ini. Ya, mau saja," terangnya.
Dia mulai masuk Wisma Pertama Biru pada 13 Agustus dengan diantar Mak Roma. Sebulan sebelum itu, dia berutang Rp 5 juta terlebih dahulu kepada Mak Roma. Uang tersebut digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Sebab, selama Juli-Agustus itu dia tidak bisa menjadi pemandu karaoke lantaran kafe tutup pada Ramadan.
Nah, utang Rp 5 juta itulah yang membuat dia harus menerima pekerjaan sebagai PSK. Dia bisa mencicil utang tersebut dan sisanya akan digunakan untuk mengirim uang sekadarnya kepada anaknya di kampung.
Begitulah modus sindikat perdagangan orang mencari mangsa. Mereka menyebar orang ke berbagai daerah untuk mencari mangsa. Dengan berbagai iming-iming, tipu daya, dan jeratan, mereka menjerumuskan perempuan-perempuan kampung itu ke lembah prostitusi.
Sugianto, pengelola Wisma Permata Biru, menuturkan, biasanya ada saja yang mengantarkan perempuan kepadanya. Tetapi, dia menolak bila dikatakan meminta agen untuk mencarikan PSK baru. "Saya tidak minta, tapi mereka yang mengantarkan kepada saya," kata dia kemarin.
Pria asal Tuban itu menyebutkan, dirinya memang memberikan imbalan khusus untuk orang-orang yang mengirimkan PSK tersebut kepadanya. Imbalan itu disesuaikan dengan cantik atau tidak perempuan yang dibawa.
Misalnya, untuk Rita, 21, PSK baru asal Kendal yang datang sebulan lalu. Dia memberikan balas jasa Rp 2 juta. Upah tersebut diberikan pada pria bernama Modang. "Ya karena wajahnya lumayan, saya kasih Rp 2 juta. Itu juga karena diantarnya pakai mobil," ungkap Sugianto.
Selain diantarkan orang, imbuh dia, ada perempuan yang datang sendiri. Mereka langsung datang ke wisma dan secara blak-blakan ingin menjadi PSK. Tapi, hal seperti itu lebih sedikit terjadi jika dibandingkan dengan mereka yang datang dengan diantarkan orang. "Biasanya, mereka sudah pernah menjadi PSK di daerah asal dan ingin kerja di sini," ujarnya.
Misalnya, seorang PSK yang kerap menyebut dirinya Vera. Perempuan itu sudah 12 tahun "mengabdi'' di wisma yang kini dikelola Sugianto. Perempuan tersebut datang sendiri dari rumahnya di Batang, Jawa Tengah, dan langsung ke wisma itu. Vera tidak lain adalah istri Modang yang merekrut Rita untuk menjadi PSK.
Sugianto mengakui bahwa menambah PSK baru itu menyalahi aturan. Dia juga paham betul risiko tempat usahanya ditutup bila nekat mempekerjakan PSK baru. Tapi, selain memburu keuntungan, Sugianto mengaku berniat menolong para pencari kerja tersebut. Apalagi, yang datang kepadanya berasal dari daerah yang jauh. "Saya juga mau menolong mereka kok," ujarnya.
Kapolsek Sawahan Kompol Manang Soebeti menuturkan, model rekrutmen tersebut diduga tidak hanya terjadi di wisma milik Sugianto. Tapi, itu juga dipraktikkan di sejumlah wisma lain. "Bisa jadi di wisma lain juga ada penambahan PSK dengan model seperti itu," katanya.
Namun, berdasar sejumlah keterangan saksi yang diperiksa, tidak ditemukan penyalur khusus. Apalagi, penyalur PSK yang memonopoli lokalisasi di Dolly-Jarak. Semua dilakukan perorangan. Biasanya, mereka pernah menjadi PSK atau pernah bekerja menjadi pencari tamu.
Seperti diberitakan, anggota Polsek Sawahan, Satpol PP, dan Kogartap Surabaya merazia lokalisasi Dolly-Jarak Selasa malam lalu. Razia itu sejak awal diduga bocor dan tak akan menemukan hasil yang signifikan.
Namun, tanpa dinyana, polisi berhasil menemukan empat PSK baru yang disembunyikan di dalam sebuah kamar milik Wisma Permata Biru. Mereka dipastikan baru lantaran tidak tercatat dalam database. Selain itu, para PSK tersebut mengaku baru datang. Paling lama tiga bulan dan paling baru 15 hari lalu. Polisi juga mengamankan dua pengelola wisma itu. (jun/c6/nw)