Ini Kelemahan Proses Lontar Jumroh Versi Fahri Hamzah
jpnn.com - MEKKAH - Tragedi dalam prosesi penyelenggaraan ibadah haji tahun ini diwarnai insiden beruntun. Setelah crane jatuh, disusul insiden saat pelaksanaan melontar jumroh di Mina yang menewaskan 717 jamaah haji meninggal, dan 805 jamaah luka-luka.
Berdasarkan catatan Ketua Tim Pengawas Haji DPR RI Fahri Hamzah yang saat ini masih berada di Mekkah, tragedi Mina seharusnya bisa diminimalisir. Bahkan tidak terjadi bila ada regulasi dari pemerintah Arab Saudi.
“Secara kronologis tragedi Mina mungkin terjadi akibat penumpukan yang seolah tidak diatur dan tidak bisa dihindari dalam menjalankan setiap prosesi ibadah haji,” kata Fahri melalui siaran persnya dari Mekkah, Arab Saudi, Kamis (24/9) malam.
Menurut Wakil Ketua DPR itu, hanya prosesi wukuf di Arofah yang disepakati sebagai titik dimana seluruh jamaah haji dari seluruh negara dan mazhab berada di Padang Arofah pada tanggal 9 dzulhijjah (Rabu, 23 September 2015).
“Maka selanjutnya, apa yang terjadi setelah Arofah tidak diatur regulasinya, tidak dikomunikasi secara ketat dan diserahkan pada masing-masing negara dan bahkan masing-masing jamaah,” katanya.
Oleh karena itu, kata dia, berbondong-bondonglah jamaah yang ingin segera menuntaskan rukun dan wajib haji ke Mina untuk melontarkan jumroh pada saat yang sama.
“Inilah yang terjadi pada jalur musibah itu,” imbuh politikus PKS ini.
Fahri menambahkan, dapat dipastikan bahwa yang jadi korban tragedi Mina adalah mereka yang memutuskan untuk berangkat melontarkan sehabis subuh karena kejadiannya sekitar jam 9. Padahal di masjidil haram jam yang sama ada sholat Iedul Adha.