Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Ini Strategi Kang Dedi Redam Fundamentalisme di Purwakarta

Senin, 18 September 2017 – 22:18 WIB
Ini Strategi Kang Dedi Redam Fundamentalisme di Purwakarta - JPNN.COM
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi. Foto: M Adil/JPNN

jpnn.com, PURWAKARTA - Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengatakan, fundamentalisme biasanya lahir di pinggiran, daerah dengan tingkat pendidikan rendah dan kemiskinan yang tinggi. Namun di Indonesia, paham yang cenderung memperjuangkan sesuatu secara radikal tersebut justru lahir di tengah orang-orang yang berpendidikan tinggi. Bahkan tak jarang banyak yang bergelar doktor.

"Kenapa terjadi demikian, saya kira karena proses perjalanan pendidikan agamanya tidak didalami secara kultural sejak kecil,” ujar Dedi dalam pesan elektronik yang diterima, Senin (18/9).

Menghadapi kondisi yang ada, Kang Dedi membuat terobosan di Purwakarta. Di antaranya, menggagas kebijakan berorientasi pada kultural masyarakat Jawa Barat. Tujuannya, mengikat generasi muda pada lingkungan dan akar budaya yang selama ini melekat.

"Saya memasukan pelajaran baca tulis kitab kuning sampai tingkat sekolah dasar. Karena melihat banyak orang yang cenderung tercabut dari akar pendidikan di lingkungan," ucapnya.

Menurut Dedi, orang yang tidak mempunyai keterikatan dengan lingkungan dan akar kultural, cenderung mudah depresi. Akibatnya gampang dipengaruhi pemikiran-pemikiran yang radikal.

"Jadi enggak ingat lagi suara musik daerahnya, desain bangunannya. Nah ketika tinggal lingkungan asing (perkotaan,red) datanglah orang mengajarkan agama, fundamentalisme maka dia menjadi pengikut," katanya.

Fundamentalisme kata Kang Dedi, tidak memiliki watak sosial. Cenderung individualis namun punya komunitas dengan pola dan kebiasaan seragam.

"Coba lihat sekarang ini, masyarakat yang tadinya hidup bertetangga dengan konsep rumah pakai jendela, tanpa pagar, tanpa satpam, hidup bercengkrama, saling memberi, kini cenderung tak lagi saling kenal," katanya.

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengatakan, fundamentalisme biasanya lahir di pinggiran, daerah dengan tingkat pendidikan rendah dan kemiskinan yang tinggi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close