Ini Tantangan Bagi Perusahaan AMDK
jpnn.com - Meski memiliki peluang yang besar karena jumlah penduduk Indonesia mencapai 260 juta, namun tantangan yang dihadapi oleh perusahaan produsen air minum dalam kemasan (AMDK) juga tak kalah besar. Hal itu dikatakan oleh Hendra Wijaja, business unit manager PT Tirta Sukses Perkasa, produsen air minum Club.
"Pada 2017, volume penjualan AMDK di Indonesia mencapai 27 miliar liter. Tapi, bagi kami, untuk mencapai omzet yang besar itu nggak mudah," ujarnya saat perkenalan program Club GoWin 2018 di Surabaya kemarin (5/10).
Menurut Hendra, tantangan yang pertama adalah AMDK sangat bergantung pada bahan plastik yang masih impor sehingga otomatis terpengaruh dengan nilai kurs. "Kendalanya, kurs saat ini fluktuatif dan cenderung naik. Plastik memiliki komposisi 60 persen terhadap harga jual kami," imbuhnya.
Kemudian, tantangan kedua masalah distribusi, penyimpanan, dan produksi yang sangat rentan terhadap fluktuasi bahan bakar minyak serta UMR. Hendra mengungkapkan, ongkos pengiriman air minumnya 8-10 persen dari harga jual. Karena itu, kenaikan bahan bakar dan UMR akan sangat berpengaruh terhadap harga jual air minum.
Tantangan selanjutnya adalah regulasi pemerintah yang dianggap tidak menguntungkan pengusaha AMDK. Misalnya, terkait rencana cukai plastik dan perizinan pendirian pabrik air minum yang dibatasi pemerintah. "Nah, kebijakan-kebijakan seperti itu membuat kami sedikit berhati-hati dalam pengembangan bisnis," ujar Hendra.
Hambatan lainnya adalah persaingan dengan bisnis air isi ulang. "Club punya galon sendiri, sedangkan mereka tidak. Memang bisnis air isi ulang tidak terang-terangan memakai galon kami. Tapi, kalau konsumen datang ke sana membawa galon Club, ya pasti mereka isi," lanjutnya. (car/c10/oki)