Ini Tantangan Terberat Jalankan Konsep Desa Membangun
jpnn.com - JAKARTA - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (DPDTT) Marwan Jafar menegaskan, Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla telah menetapkan paradigma baru dalam membangun desa. Dari yang sebelumnya 'Membangun Desa' menjadi 'Desa Membangun'.
Ini merupakan cara pandang pembangunan yang menempatkan desa dan masyarakat desa sebagai titik sentral pembangunan.
"Misalnya, jika dusun/kampung maju, maka secara otomatis desa/daerah itu juga akan maju. Kemudian jika daerah maju, maka berpengaruh terhadap kemajuan provinsi. Begitupun jika provinsi pembangunanya maju, maka praktis Indonesia menjadi negara maju," ujar Marwan, Rabu (21/10).
Marwan optimitistis, dengan paradigma yang baru, maka cita-cita luhur membangun Indonesia yang lebih baik dapat terwujud. Namun begitu ia mengakui, setidaknya ada tiga tantangan berat dalam menjalankan konsep Desa Membangun Indonesia. Yakni desa belum menjadi daya tarik bagi penduduk, tingginya urbanisasi karena minimnya ketersediaan lapangan pekerjaan di desa, dan masih tingginya jumlah keluarga petani miskin di desa.
Tantangan hadir berdasarkan data yang memerlihatkan, pada tahun 2010, terdapat 52,03% penduduk tinggal di perkotaan dan 48 % penduduk tinggal di pedesaan. Jumlah penduduk yang tinggal di kota terus meningkat mencapai 2,18% per tahun. Angka tersebut lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata nasional sebesar 1% per tahun. Sedangkan pertumbuhan penduduk di pedesaan menurun sebesar 0,64%.
Jika kecenderungan ini terus terjadi, diprediksi dalam lima dekade (1970-2020) penduduk perkotaan bertambah enam kali lipat dan sebaliknya penduduk pedesaan berkurang tiga kali lipat. Peningkatan jumlah penduduk di perkotaan menunjukkan bahwa kota masih menjadi wilayah yang sangat menarik bagi sebagian besar penduduk di Indonesia.
“Kondisi desa yang masih memiliki keterbatasan dalam menyediakan lapangan kerja dan keterbatasan sarana dan prasarana menjadikan masyarakat desa berbondong-bondong menuju ke kota,” lanjutnya.
Menurut Marwan, tingginya urbanisasi karena minimnya ketersediaan lapangan pekerjaan di desa. Karena itu tidak heran muncul kecenderungan masyarakat ingin bekerja di perkotaan dibandingkan di perdesaan. Kecenderungan hadir, apalagi melihat tingginya jumlah keluarga petani miskin. Secara nasional mencapai 3.770.740 kepala keluarga.