Inilah Curhat David Moyes Selama di Manchester United
jpnn.com - DAVID Moyes mengalami masa terkelamnya sebagai manajer sepak bola ketika membesut Manchester United musim lalu. Manajer asal Skotlandia itu menjadi sasaran bulan-bulanan terutama di media sosial karena prestasi buruk United.
Puncaknya, Moyes dipecat meski belum menuntaskan musim debutnya di Old Trafford. Kepada koordinator desk olah raga Daily Mail Matt Lawton, Moyes secara eksklusif mengeluarkan unek-uneknya. Inilah wawancara panjang pertama Moyes sejak dipecat April lalu. Berikut petikannya.
Inilah kali pertama, saya melewatkan pramusim sejak usia 16 tahun. Sekarang, saya berusia 51 tahun, dan itu adalah waktu yang sangat lama.
Saya merindukanya, sebab pramusim merupakan saat-saat yang menyenangkan. Sebagai seorang manajer, itu adalah saat yang lebih santai. Saya juga menikmati masa senggangnya.
Namun, beginilah keadaannya. Waktu itu, saya melangkah ke Manchester United, masuk ke dalam sesuatu yang sangat asing. Dan melihat kembali sekarang, itu tampaknya adalah pekerjaan yang tidak mungkin dilakukan.
Sebelumnya, bagi saya, itu adalah pekerjaan yang tepat. Saya berada di Everton lebih dari sebelas tahun. Kami berhasil lolos ke kualifikasi Liga Champions, menembus final Piala FA, dan saya terpilih menjadi manajer terbaik tiga kali. Saya berada di deretan manajer paling berpengalaman di Premier League. United selalu memakai manajer asal Britania Raya.
Saya sangat terpukul, hancur rasanya kehilangan pekerjaan di United. Sebab saya merasa bahwa saya bisa mendapatkan sukses di sana. Kami tahu itu semua butuh waktu, butuh melakukan perubahan.
Kami memang butuh waktu untuk untuk berkembang. Namun kami sedang melakukan sebuah proses menuju perubahan penting. Pada akhirnya, saya tidak merasa bahwa saya diberikan waktu baik untuk sukses atau gagal.
Pada akhirnya, itu adalah saat yang sulit untuk keluarga saya. Terutama cara kami mendapatkan informasi dari media bahwa saya kehilangan pekerjaan. Kami selalu mencoba untuk melakukan sesuatu dengan cara yang benar.
Saya tidak memiliki masalah dengan pemain. Termasuk dengan Robin (van Persie). Dia adalah pemain yang sangat cerdas. Walau sering cedera musim lalu. Para pemain sangat fantastis.
Namun saya tahu bahwa sat ini akan datang. Dan saya tahu bahwa ketika Anda kalah dalam pertandingan, Anda akan dipecat. Namun dampak pemecatan itu kepada keluarga saya sangatlah berat.
Ayah saya adalah seorang pesepakbola yang luar biasa. Dia adalah pelatih tim amatir, mengenal Sir Alex Ferguson ketika dia masih sangat muda.
Dia tinggal di dekat kami dan dia selalu mengikuti karir saya. Saya selalu mengundangnya ke pertandingan. Dan saya berharap ketika saya seusianya sekarang (79 tahun, red), anak lelaki saya akan membawa saya ke pertandingan sepak bola.
Setelah pemecatan itu, dia sangat terpukul. Kami tidak berfikir bahwa apa yang terjadi kepada saya adalah sebuah masalah. Namun itu lah yang membuat saya hancur. Dia baik-baik saja sekarang. Dan saya senang bisa mengatakan itu.
Dalam benak saya, saya harus melangkah maju. Namun, cara saya kehilangan pekerjaan adalah sesuatu yang tidak akan saya lupakan.
Memang, rasanya sangat menyakitkan bahwa pekan ini saya tidak lagi menukangi Manchester United. Sungguh, saya suka sekali melakukan pekerjaan itu. Namun saya akan tetap menonton pertandingan. Saya tidak akan lari dari ini semua. Sepak bola adalah sesuatu yang mendarah-daging dalam diri saya sejak saya masih anak-anak.
Saya masih cinta permainan itu. Memang rasanya sangat sulit sekarang ini. Tetapi, saya suka sekali di sekeliling orang-orang sepak bola. Dari situ saya bisa menerima saat-saat buruk begitu juga dengan saat-saat baik. Dan saya merasa masih memiliki banyak sekali masa-masa indah.
Saya hanya ingin terus bekerja. Saya telah bekerja dalam waktu yang sangat lama, saya bekerja sangat keras untuk bisa berada di level ini. Saya merasa bahwa apapun yang saya dapat hari ini, suatu saat memang akan saya dapatkan. Saya David Moyes, dan saya akan selalu memberikan segalanya. Namun saya harus fokus untuk meraih tujuan saya. (nur)