Inilah Kiprah Anggota Kowal di KRI Surabaya
Dalam Sebelas Bulan Dukung Sembilan Operasi MiliterSebelum lolos tes bergabung di KRI, Devi setahun lebih berdinas sebagai bintara TU di Kesekretariatan Dinas Psikologi TNI-AL. Selama itu pula dia lebih sering berada di kantor Raya Juanda. Sejak menjadi anggota tetap kapal, belasan kota pelabuhan dia singgahi. ”Enaknya bisa keliling Indonesia. Dukanya pas AC (air conditioner) lagi mati karena perbaikan, rasanya seperti berada dalam sauna raksasa,” kenang Devi, lantas tersenyum.
Sebagai Kowal yang juga terikat peraturan kedinasan, mereka menerima konsekuensi tidak menikah selama masa tertentu. Setidaknya selama dua tahun sejak bertugas di kapal. Mereka bisa mengajukan permohonan menikah setelah lewat masa itu dan turun kapal (bertugas di darat) lebih dulu.
”Kami sangat menikmati meski harus berjauhan dengan keluarga dan pacar,” ujar Devi tersipu. Saat kapal sandar, mereka mendapat jatah libur tidak lebih dari sepekan. Kecuali sudah memproses pengajuan cuti tahunan.
Sementara itu, Chandra sebagai Kowal paling senior di KRI Surabaya menyadari risiko prajurit perempuan berdinas di kapal. Mereka tentu punya waktu lebih sedikit berkumpul dengan keluarga. ”Sudah risiko saat berlayar pada akhir pekan pun libur hari Minggu dihabiskan di laut,” ucap arek Malang kelahiran 12 November 1990 itu.
Komandan KRI Surabaya Letkol Laut (P) Wawan Tri Satya Atmaja turut mendorong kemajuan karir Kowal di kapal yang dipimpinnya. ”Eksistensi bintara Kowal di KRI disiapkan pimpinan TNI sebelum taruni AAL yang lulus ditempatkan di kapal perang. Peran perwira Kowal kelak tidak lagi menjadi anak buah, melainkan sebagai ibu buah,” tutur pamen dua melati yang menjabat sejak 10 Februari 2015 itu.
Dia mengakui, keluwesan Kowal membuat suasana di dalam kapal perang terasa lebih teduh. ”Rasanya tetap berbeda di kapal markas yang ada Kowal dan yang tidak ada Kowal-nya,” ujar mantan Perwira Pelaksana (semacam wakil komandan) KRI Diponegoro tersebut. (*/c10/nda)