Inilah Satu-satunya Daerah Punya Perbup Penanggulangan Bunuh Diri
Masyarakat dalam hal ini diminta untuk melihat, apakah ada anggota masyarakat lain yang memiliki perilaku berbeda dari kebiasaan. Jika melihat, masyarakat diminta mendatangi anggota itu, atau setidaknya bertanya kepada anggota masyarakat lain terkait perubahan perilaku yang dimaksud.
Pada akhirnya, masyarakat diminta menghubungkan anggota masyarakat berperilaku beda itu kepada pihak terkait. “Menghubungkan itu ke tenaga medis ya, bukan ke dukun,” ujar perempuan asal Malang itu.
Jika bicara efektivitas dari program itu, Ida menilai bahwa hasil akhir yang dibawa tim itu tergantung pada tujuannya. Target yang diinginkan tim pencegahan bunuh diri adalah membuat masyarakat lebih peduli, untuk kemudian ikut terjun berperan dalam upaya deteksi dini.
Dalam arti, upaya deteksi adalah upaya pencegahan dengan menumbuhkan lebih dulu kepedulian masyarakat.
“Kalau targetnya tim dibilang untuk menurunkan angka bunuh diri, itu sesuatu yang absurd. Karena kematian adalah sesuatu yang tidak bisa kita ramal,” ujarnya.
Dari upaya itu, Ida menilai langkah yang dilakukan tim pencegahan bunuh diri sudah menunjukkan hasil. Indikatornya adalah tingkat partisipasi masyarakat yang melihat kasus ini sebagai masalah medis, sosial dan budaya, bukan hanya terkait mitos.
Selain itu, Ida juga menyebut ada peningkatan rujukan anggota masyarakat ke sejumlah puskesmas, untuk meminta konseling kejiwaan.
“Sekarang banyak puskesmas di Gunung Kidul yang menjadikan layanan kesehatan jiwa sebagai unggulan. Seperti di Wonosari, Paliyan dan Rongkop. Jadi progressnya bukan pada menurunnya angka bunuh diri, tapi kepedulian masyarakat dan tingkat rujukan meningkat,” tandasnya. (bay)