Insinyur Tiongkok Bakal Kuasai Pekerjaan Infrastruktur di Indonesia
jpnn.com - JAKARTA - Target pemerintah menggenjot pembangunan infrastruktur pada 2017 menyebabkan angka kebutuhan tenaga insinyur melonjak.
Sesuai data Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti), jumlah kebutuhan tenaga insinyur tahun depan sebanyak 72.825 orang.
Sementara tenaga insinyur Indonesia yang tersedia hanya 18.273 orang. Itu berarti kekurangan 54.622 orang.
"Tahun 2015, jumlah tenaga insinyur berlebih, di mana yang dibutuhkan 12.663 orang tapi insinyur yang tersedia 15.258 orang. Jumlah kebutuhan insinyur ini bertambah signifikan mulai tahun ini hinggal 2019, sementara insinyur yang tersedia hanya seperempatnya," kata Dirjen Sumber Daya Iptek Dikti Prof Ali Ghufron Mukti, Selasa (20/12).
Untuk memenuhi kekurangan tenaga insinyur itu, lanjutnya, pemerintah terpaksa menerima SDM asing.
Hal ini sebagai imbas dari pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Dia memprediksi, insinyur dari Tiongkok yang akan mendominasi pekerjaan infrastruktur.
"Mau tidak mau, suka tidak suka, insinyur-insinyur dari Tiongkok dan lainnya yang akan menguasai pekerjaan infrastruktur di Indonesia. Karena tenaga kerja mereka yang tersedia. Sedangkan insinyur kita sangat sedikit. Selain itu, ini sesuai dengan perjanjian kerja sama antara Indonesia dengan negara-negara MEA lainnya," bebernya.