Internal KPK Bergejolak, Bang Neta Singgung Kelompok India dan Taliban
jpnn.com, JAKARTA - Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mengingatkan komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mampu bersikap tegas dalam menyelesaikan konflik internal lembaga pimpinan Agus Rahardjo itu.
Sebab, konflik internal itu kian berkembang luas akibat komisioner KPK tidak tegas serta membiarkan politisasi dan munculnya pihak-pihak yang merasa punya kewenangan penuh atas lembaga antirasuah itu.
"IPW menilai aksi cakar-cakaran di KPK semakin berbahaya bagi masa depan pemberantasan korupsi di negeri ini. Apalagi saat ini muncul isu bahwa KPK terbelah menjadi dua, antara 'kelompok polisi India dan kelompok polisi Taliban'," kata Neta dalam siaran persnya, Sabtu (4/5).
Menurut Neta, konflik internal itu kian panas saat muncul petisi dan surat terbuka dari para penyidik KPK. Namun, katanya, komisioner KPK tidak pernah menyikapinya secara transparan.
Baca juga: KPK Bergolak Lagi, Pimpinan Pertimbangkan Kembalikan Irjen Firli ke Polri
Bahkan, kata Neta, belakangan muncul desakan agar Deputi Penindakan KPK Irjen Firli diperiksa karena diduga melanggar kode etik. "Boleh saja kasus pelanggaran etik ini diproses. Namun, IPW mengimbau komisioner KPK bisa bersikap tegas, tidak memihak dan jangan terlibat politisasi," ujarnya.
Artinya, jelas Neta, pihak yang harus diperiksa tidak hanya Firli, melainkan juga penyidik senior KPK Novel Baswedan juga harus diperiksa. "Sebab Novel disebut sebut "sebagai orang kita" oleh tokoh-tokoh Partai Gerindra," ujarnya.
Info yang beredar di berbagai media juga menyebut Novel merupakan salah satu kandidat aksa Agung jika Prabowo Subianto memenangi Pilpres 2019. Mantan wartawan itu menambahkan, jika melihat data tentang pihak-pihak yang terjaring operasi tangkap tangan (OTT) KPK maka sebagian besar dari koalisi partai pendukung Joko Widodo.