Irama Baru Record, Hidup Segan Mati Tak Mau
jpnn.com - NAMA Irama Baru Record sempat berjaya. Label rekaman yang berlokasi di Jalan Sunu, Makassar itu konsisten memproduksi lagu-lagu daerah. Namun kini, ribuan kaset hanya tersusun rapi di rak toko Irama Baru, jarang tersentuh lagi oleh pelanggan sejak beberapa tahun lalu.
Pemilik toko sekaligus produser rekaman Irama Baru Record, Theresia, mengungkapkan dalam dua tahun ini, peminat kaset maupun compact disc (CD) lagu-lagu daerah agak menurun.
Dampak perekonomian yang melemah membuat dia harus menurunkan produksi. Apalagi, industri rekaman terhempas oleh pembajakan karya cipta yang belum juga dapat dihentikan. "Teknologi membuat orang lebih gampang mendapatkan lagu-lagu atau musik favorit. Hanya dengan kopi karya cipta orang lain, kemudian memasukkannya ke media sosial. Mau apa, kami tetap harus berjuang. Inilah yang selama ini menghidupi kami maupun para artis," tuturnya, seperti dikutip dari Fajar, Kamis (25/2).
Secara periodik, dia juga mengganti alat rekaman. Pertama kali melakukan pergantian tahun 1978, kemudian berturut-turut tahun 1998, 2003, 2010 hingga kembali melakukan pergantian tahun 2014.
Seluruh alat-alat rekaman yang pernah dipakai tak dijual. Pemiliknya menyimpannya sebagai kenangan di gudang studio di Jalan Sunu. Meski industri rekaman meredup, pengusaha tetap berusaha merekrut dan mengorbitkan artis baru. Artis senior juga tetap dipertahankan. Meski industri rekaman tak bergairah, artis bisa saja pindah ke label rekaman lain.
Theresia mengatakan, dirinya terus berkomunikasi dengan para artisnya agar tetap menghasilkan karya. Salah satunya dengan penyanyi Ridwan Sau. Dalam waktu dekat ini, Irama Baru Record dan Ridwan Sau akan mengeluarkan album baru.
"Kami menunggu momen terlebih dahulu. Dan kami berharap tindakan nyata pemerintah mengatasi pembajakan karya cipta. Tanpa usaha nyata menghentikan pembajakan, industri rekaman tetap seperti hidup segan, mati pun tak mau. (muhlis majid/adk/jpnn)