IRC: Elektabilitas Wiranto Bayangi Jokowi
jpnn.com - JAKARTA - Indonesia Research Centre (IRC) kembali merilis hasil surveinya mengenai elektabilitas capres dan parpol. Namun kali ini, terjadi perubahan yang signifikan pada peta elektabilitas capres, khususnya di posisi kedua.
Menurut Peneliti IRC Yunita Mandolang, dalam survei-survei sebelumnya, posisi kedua selalu tidak lepas dari genggaman mantan Danjen Kopassus Letnan Jenderal (Purn) Prabowo Subianto, kali ini posisinya digeser oleh mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Wiranto.
“Sebuah fenomena politik yang unik, sejarah seperti tergambar kembali, yaitu terjadinya persaingan politik yang seru antara mantan atasan dan bawahan di TNI,” ujarnya di Jakarta, Selasa (22/10)
IRC telahmenjalankan survei pemilu 2014 di seluruh provinsi. Responden dipilih secara acak sistematik bertingkat (multistage random). Data yang terkumpul dari survei tatap muka menggunakan kuesioner yang dijalankan pada 25 September 2013 lalu. Pada survei ini, ambang kesalahan (MoE) diperkirakan kurang lebih 0,77persen pada tingkat kepercayaan 95persen. Dari 4.900 responden atau sekitar 30 persen dari total responden yang ada, berikut ini temuan pertama.
Dalam survei IRC kali ini, Elektabilitas pasangan Win-HT mencapai 10,6 persen, sedangkan Prabowo Subianto 8,7 persen sementara posisi teratas masih ditempati Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) dengan elektabilitas sekitar 34,5 persen. Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie berada di peringkat keempat dengan elektabilitas 8,1 persen, disusul mantan Wapres Jusuf Kalla 6,2 persen dan Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri 6 persen.
Adapun mengenai elektabilitas partai politik (parpol), berdasarkan temuan dari 22 area survei yang tersebar di sebagian Pulau Jawa, Bali, dan Sumatera, PDIP masih berada di peringkat tertinggi dengan elektabilitas 19,6 persen. Peringkat kedua ditempati Partai Golkar yang mendapatkan dukungan 16,3 persen suara. “Kedua partai senior ini bersaing ketat untuk menarik lebih banyak simpati pemilih,” kata Yunita.
Sementara urutan ketiga menjadi posisi panas karena terjadi persaingan sengit di antara tiga parpol, yakni Demokrat dengan elektabilitas 7,8 persen, Partai Hanura 7,2 persen, dan Partai Gerindra 7 persen. “Salah satu faktor kenaikan elektabilitas Hanura adalah karena dicitrakan sebagai partai yang tidak terlibat korupsi,” katanya.Adapun untuk peringkat di bawahnya yang berebut adalah NasDem, PKS, dan PKB.
Pengamat komunikasi politik dari Universitas Indonesia (UI) Ari Junaedi menilai hasil survei Pemilu 2014 terbaru yang dirilis IRC cukup mengejutkan. “Hasil survei IRC ini makin menunjukkan terjadinya dinamika aspirasi dan persepsi publik yang bersifat lentur. Persepsi publik dalam melihat calon-calon presiden tergantung pada banyak faktor, di antaranya kondisi politik yang terjadi serta daya pikat sang calon,” katanya. Pasangan Win-HT dimaknai sebagai harapan baru dari masyarakat akan lahirnya kombinasi pemimpin yang saling melengkapi. “Itulah realitas komunikasi politik yang bersifat kenyal,” tandas Ari Junaedi.
Dia berpandangan, keberhasilan Win-HT menggusur capres lain tidak terlepas dari semakin masifnya sosialisasi pasangan ini. Hasil survei IRC juga bisa dimaknai sebagai cerminan rasa kebosanan masyarakat terhadap stok pemimpin nasional yang itu-itu saja. “Rakyat butuh alternatif capres dan itulah yang bisa dipahami jika Jokowi atau pasangan Win-HT sebagai pemuncak capres 2014 yang paling potensial meraup suara tertinggi,” ujar Ari Junaedi.