Islah Menjadi Harga Mati untuk PKB
Usulkan JK Jadi MediatorSabtu, 05 Juni 2010 – 07:09 WIB
Di tempat sama, Sekjen DPP PKB Lukman Edy mengakui, sejumlah tokoh sentral masih menghitung-hitung formula islah yang paling tepat. "Pertimbangannya masih secure (aman, Red) atau unsecure terhadap posisi mereka. Masih membutuhkan waktu untuk menjelaskan bahwa islah memang tidak bisa ditunda-tunda lagi," ungkap Lukman.
Menurut dia, upaya menyatukan PKB merupakan sebuah keharusan untuk menghadapi Pemilu 2014. Sebab, jika elite PKB masih tak mau islah, dikhawatirkan perolehan suara partai berbasis nahdliyin itu bakal jeblok. PKB bahkan terancam kehilangan semua kursi jika aturan baru tentang PT dari 2,5 persen menjadi 5 persen diterapkan. "Modal PKB saat berdiri adalah patronase Gus Dur dan basis kultural kiai-kiai NU, serta modal kejuangan sejarah nasionalisme NU dalam berbangsa dan bernegara. Tapi, sejak Pemilu 2009, PKB hanya bermodal struktur sehingga hanya memperoleh 2,5 persen suara," tutur Lukman.
Menurut dia, saat DPR akan merevisi aturan PT dari 2,5 persen menjadi 5 persen, elite PKB harus serius membahas islah. Sebab, selain perolehan suara akan merosot, PKB pada Pemilu 2014 terancam kehilangan kursi di DPR. Formulasi islah yang ditawarkan Lukman adalah, pertama, melalui muktamar atau tidak agar forumnya final dalam mengatasi resolusi konflik PKB selama ini. Kedua, penggabungan pengurus PKB, sebagian atau menyeluruh, atau secara selektif, untuk duduk di kepengurusan baru yang bakal dibentuk dari pusat sampai cabang PKB. "Kalau islah gagal, saya khawatir PKB tidak akan mempunyai wakil lagi di DPR pada 2014 mendatang. Memang, ini butuh proses," ujar anggota FPKB DPR itu.