Jadi Mendagri, Gamawan Hanya Bisa Berwacana
Tak Ditunjang Kapasitas, Kemendagri TerdegradasiKamis, 21 Oktober 2010 – 00:17 WIB
Tak hanya itu, La Ode juga menuding Gamawan meniru Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang merasa berbagai masalah dan kesulitan masyarakat bisa selesai dengan sendirinya setelah berpidato dengan gaya yang santunnya. "Kalau presiden berpidato santun, maka Mendagri berwacana untuk merespon konflik akibat otonomi daerah. Kalau sudah berwacana, maka dianggap masalah telah selesai, padahal wacananya itu tidak punya payung hukum yang kuat dan memadai," jelasnya.
Meski demikian, La Ode tidak sepenuhnya menuding terdegradasinya Kemendagri karena kesalahan Gamawan semata. Alasannya, karena hal itu akibat ketidakakuratan Presiden dalam memilih pembantunya.
Terakhir, La Ode juga memberi catatan khusus terhadap kegagalan Mendagri dalam membangun komunikasi dengan pemerintahan daerah di Kawasan Timur Indonesia. "Sudah jelas, presidennya rada-rada malas memperhatikan Wilayah Indonesia Timur. Sikap yang sama juga diperankan Mendagri secara lebih vulgar. Mestinya kekurangan itu ditutupi oleh pembantu presiden dengan cara membangun komunikasi dua arah. Tapi itu tidak dilakukan," pungkasnya. (fas/jpnn)