Jaga Kualitas Air Danau Toba Agar Berkelas Dunia
jpnn.com, PARAPAT - Menteri Pariwisata Arief Yahya tak mau setengah-setengah dalam menjadikan Danau Toba sebagai destinasi wisata kelas dunia. Upaya memoles danau kaldera terbesar di dunia itu tidak hanya melalui perbaikan infrastruktur penunjangnnya, tapi juga menjamin kelestarian lingkungannya.
"Prinsipnya, semakin dilestarikan, semakin menyejahterakan!" kata Menteri Pariwisata Arief Yahya yang terus memantau perkembangan satu dari 10 Destinasi Prioritas ini.
Kementerian Koordinator Kemaritiman pada 10 Mei lalu menggelar rapat untuk membahas kualitas air di Danau Toba. Rapat yang dipimpin Sekretaris Deputi Bidang Infrastruktur Kemenko Maritim Arif Rahman Hakim itu meminta masukan dari berbagai pihak guna menjaga kualitas air di danau yang menjadi satu dari Sepuluh Bali Baru versi Kementerian Pariwisata tersebut.
Rapat itu dihadiri perwakilan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Bank Dunia, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Dinas Lingkungan Hidup Sumatera Utara dan Badan Otorita Pariwisata Danau Toba (BOPDT) dan Deltares. “Tujuan rapat ini adalah membahas laporan awal tentang kualitas air Danau Toba,” ujar Kepala BOPDT Arie Prasetyo.
Arie menjelaskan, sejumlah usulan muncul dalam rapat itu. Misalnya, Dinas Lingkungan Sumut mengusulkan kajian tentang imbas pemukiman di sekitar Danau Toba yang membuang limbah domestik. “Ada usulan untuk membuat buffer area di sekitar danau dan green belt,” sebut Arie.
Usulan lain datang dari BPPT. Yakni kajian tentang pemetaan land use di sekitar Danau Toba. Tujuannya untuk mengetahui sebaran daerah tangapan air.
Lantas, apa usul BOPDT? “Usul kami adalah memilih prioritas lokasi dalam pengambilan data,” ujar Arie.
Menurutnya, pada Mei hingga September 2017 ini akan ada kajian tentang kualitas air Danau Toba. BOPDT mengusulkan pengambilan sampel termasuk untuk data batimetri atau pengukuran kedalaman bisa difokuskan dititik-titik yg sangat tercemar.