Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Jakob Oetama

Oleh Dahlan Iskan

Jumat, 11 September 2020 – 10:20 WIB
Jakob Oetama - JPNN.COM
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Kenyataan adalah bukti yang paling tidak bisa diabaikan.

Kenyataannya: Kompas-lah yang paling hebat. Paling besar. Paling kaya. Kaya-raya.

Harian Kami, milik ayah Nadiem Makarim itu, tewas diberedel. Harian Nusantara, milik TD Hafaz, juga diberedel.

Harian Indonesia Raya-nya Mochtar Lubis belakangan juga diberedel. Semua karena tidak mau tunduk pada kemauan penguasa.

Harian Kompas memang juga pernah diberedel. Namun sangat sebentar –mungkin seminggu saja.

Koran saya dulu malah tidak pernah diberedel. Saya ikut gaya Pak Jakob yang sesekali harus mengalah –untuk menang. Lebih baik tetap bisa menyindir bertahun-tahun daripada sekali membentak lalu mati.

Waktu itu, perdebatan mana yang lebih baik –menyindir berlama-lama atau bisa membentak tapi hanya sekali– tidak pernah reda di kalangan wartawan saat itu.

Topik perdebatan itu lebih disederhanakan: pilih jalan Mochtar Lubis atau Jakob Oetama. Terutama dalam memilih strategi perjuangan menegakkan demokrasi.

Saya ikut gaya Pak Jakob yang sesekali harus mengalah –untuk menang. Lebih baik tetap bisa menyindir bertahun-tahun daripada sekali membentak lalu mati.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News