Jangan Jadikan Cita-Cita Bung Karno Hanya Pertemuan Reuni Semata
jpnn.com - JAKARTA - Pemerintah Indonesia diingatkan tidak sekadar melihat peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika sebagai reuni semata. Namun harus memahami, pertemuan pertama kali digagas Soekarno untuk memerlihatkan Indonesia mampu berjuang dan merdeka dari penjajahan, karena ada persatuan dan kesatuan.
Karena itu ia berharap kerja sama antara negara-negara di Asia dan Afrika dapat terjalin, demi kemajuan masing-masing.
“Bung Karno membuktikan kepada bangsa-bangsa di dunia tentang Indonesia. Mampu berjuang melawan penjajah, tapi kenapa kemudian menyerahkan Blok Mahakam ke Prancis dan Jepang atau Tembaga Pura ke Amerika,” ujar Direktur Eksektutif Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi) Sofyano Zakaria, Minggu (19/4).
Karena itu demi cita-cita luhur tersebut, pemerintah menurut Sofyano, harus mampu memanfaatkan momentum peringatan KAA. Tidak saja demi hadirnya peningkatan kerja sama di bidang ekonomi, namun berbagai bidang lain. Sehingga seperti Soekarno, Indonesia mampu mengadapi tekanan apapun dari negara-negara besar seperti Amerika.
“Presiden Soekarno mampu membuktikan berani menantang kehendak dan tekanan negara besar Amerika. Kenapa kemudian pemimpin setelahnya sering ‘patuh’ terhadap tekanan pemimpin negara-negara lain,” ujarnya.
Sofyano meyakini, jika Indonesia kuat dari segi ekonomi dan memiliki ketegasan sikap, penjualan aset-aset negara tak akan terulang kembali. Misalnya penjualan Indosat dan Perusahaan Gas Negara (PGN).
“Bangsa ini mampu berdikari dan tidak menjual atau menggadaikan isi perut bumi tanah airnya kepada. Kita harus kembali membuktikan hal tersebut. Banyak contoh lain yang harusnya direnungkan oleh pemimpin-pemimpin di negeri ini, karena mereka ikut dalam pesta KAA saat ini. Sementara rakyat hanya jadi penonton saja,” ujarnya. (gir/jpnn)