Jangan Sampai Jilbab Malah Bikin Polwan Seksi
Sementara itu, Sutarman membenarkan pernyataan wakilnya yang menerangkan bahwa penundaan kebijakan soal jilbab tersebut bertujuan untuk menemukan keseragaman. "Artinya nggak ada masalah sebetulnya. Ini masalahnya tinggal menyeragamkan," kata Sutarman.
Sutarman juga menjelaskan bahwa Telegram Rahasia (TR) yang dikeluarkan Oegro pada 28 November 2013 lalu yang menginstruksikan kepada Polda di seluruh Indonesia untuk menunda kebijakan tersebut, sejatinya memang telah melalui persetujuannya. "Saya yang suruh. Saya kebetulan waktu itu sedang ada di Papua," ungkap pria berdarah Jawa ini.
Mantan ajudan Presiden Gus Dur ini melanjutkan, aturan soal jilbab tersebut bukan menjadi sekedar aturan, namun merupakan sebuah hak asasi manusia, khusunya bagi polwan yang muslim. "Makanya kebijakan ini saya serahkan kembali. Bagi polwan silakan menyeragamkan," ujarnya.
Disinggung adanya dua persepsi oleh pimpinan Polri terkait penggunaan jilbab tersebut, Sutarman malah membantah. Menurutnya, tidak ada perbedaan pandangan antara dirinya dengan Wakapolri yang juga merupakan seniornya itu. "Eggak ada masalah, waktu itu memang saya yang suruh. Karena tidak ada keseragaman," tukasnya.
Sebelumnya, Indonesia Police Watch menyayangkan sikap Mabes Polri yang mengeluarkan Telegram Rahasia (TR) penundaan penggunaan jilbab oleh polisi wanita. Menurut IPW, seharusnya elit-elit Polri justru mendukung penggunaan jilbab ini. Apalagi para Polwan sudah hampir lima tahun berjuang untuk diizinkan memakai jilbab, hingga akhirnya Kapolri Timur Pradopo dan Kapolri Sutarman mengizinkannya.
”IPW mendesak Mabes Polri segera mencabut TR yang meminta para polwan menunda penggunaan jilbab tersebut," kata Ketua Presidium IPW Neta S Pane. Menurut Neta, TR ini sangat tidak masuk akal. Sebab penggunaan jilbab sudah berkembang di berbagai polda pasca Kapolri Sutarman mengizinkannya. (dod/ydh)