Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Jangan Takut Terapi Hyperbaric

Rabu, 16 Maret 2016 – 15:35 WIB
Jangan Takut Terapi Hyperbaric - JPNN.COM
Ketum PGRI (alm) Sulistiyo, salah satu korban kebakaran di RS Mintohardjo, saat menjalani terapi hyperbaric. Foto: dok.JPNN

Jadi pasien diabetes yang boroknya sudah menyebar dan harus dibersihkan di dalamnya (dagingnya), akan diberikan alternatif oleh dokter. Apakah dioperasi atau tidak. Kalau menolak dioperasi (amputasi, red), pasien diarahkan ke terapi hyperbaric. Caranya pasien masuk dalam chamber hyperbaric dengan tekanan oksigen tinggi. Terapi ini dijalankan sejam. Bila terapi ini ini rutin dilakukan, akan tumbuh jaringan daging baru sehingga tubuh pasien diabetes akan kembali normal.

Jadi selama ini terapi hyperbaric belum pernah ada kasus kegagalan?

Untuk kasus-kasus tertentu, banyak pasien yang sembuh kok. Hanya saja baru kemarin (14/3), terjadi kecelakaan yang merenggut empat korban. Kebetulan sedang menjalani terapi.

Jadi sebenarnya aman tidak terapi hyperbaric?

Terapi hyperbaric aman-aman saja. Makanya tidak semua rumah sakit menyediakan terapi hyperbaric karena syarat-syaratnya itu. Syarat utama adalah tingkat keamanannya tinggi, para terapis harus memiliki kompetensi, dokternya harus dokter spesialis kelautan. 

Yang terjadi di RS AL Mintohardjo itu bukan karena terapinya berbahaya. Namun murni kecelakaan saja, sehingga saat terapi berjalan (menggunakan oksigen tinggi), akan mudah meledak bila terkena percikan api. Kami dari PB IDI sudah mengetahui standar keamanan di RS AL Mintoharjo sangat tinggi, makanya dia punya chamber hyperbaric yang besar. Namun karena accident saja, hingga Oksigennya meledak. Namanya kecelakaan, tidak bisa diprediksi oleh siapapun.

Kalau ditanya kenapa hanya RS tertentu yang punya terapi hyperbaric, ya karena alatnya mahal. Saya tidak tahu angka pastinya, namun chamber hyperbaric itu sangat mahal (ukuran besar).

Apakah para terapis harus spesialis kedokteran kelautan?

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News