Jaring Investor Pariwisata, Kulon Progo Maksimalkan GIS
Nah, GIS diharapkan membuka informasi yang bisa diakses calon penanam modal.
"Apa yang menurut pelaku wisata bisa dikerjakan oleh investor, kami berusaha menjembataninya. Untuk membuka wahana baru tentu juga butuh banyak modal," jelas Herismoyo.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Pariwisata (Dispar) Kulon Progo Rochandy Gunung mencontohkan beberapa objek wisata maupun aset daerah yang bisa digarap bareng pihak swasta.
Misalnya, rest area yang berada di Kecamatan Temon, dermaga wisata di Glagah, dan Wisma Sermo di Kokap.
"Kalau aset-aset tersebut bisa dikelola oleh pihak ketiga atau dikerjasamakan, hal ini akan melengkapi wahana wisata yang ada di Kulon Progo,” ujar Rochandy.
Beberapa waktu lalu, Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo sudah mengumandangkan komitmennya untuk membangun industri pariwisata.
Dia berpegang pada rumus 3A yang terdiri dari akses, amenitas, dan atraksi. Selama ini, rumus yang dipopulerkan Menteri Pariwisata Arief Yahya itu juga dipakai oleh banyak daerah di Indonesia. Syarat sebuah destinasi harus memiliki 3A secara komplet. Tanpa itu, akan "berbahaya" kalau dipromosikan meluas ke mancanegara.
"Kalau sudah punya atraksi kelas dunia, maka amenitas pun harus dibuat global standard, dan aksesnya harus international airport sehingga wisman bisa terbang langsung. Kulon Progo tidak lama lagi punya airport berkelas dunia. Karena itu sudah betul CEO commitment-nya, atau keseriusan bupatinya, untuk segera menyiapkan 3A itu," kata Arief Yahya.