Jelang Puasa Dibayangi Kelangkaan Gula
Kamis, 08 Juli 2010 – 10:28 WIB
SERANG-Menghadapi bulan puasa, Provinsi Banten dibayangi kelangkaan gula untuk konsumsi rumah tangga. Pasalnya terhitung awal bulan Juli, stok gula di provinsi itu dalam kondisi kritis. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Banten, Hudaya Latuconsina mengatakan, menipisnya stok gula konsumsi di Provinsi Banten lantaran keterlambatan pengiriman gula dari perusahaan yang memenangkan tender pengadaan gula impor sebanyak 20 ribu ton dari Thailand. ”Persediaan gula dalam negeri atau gula lokal di Provinsi Banten saat ini menipis dan sangat mendesak”, terangnya. Menurutnya juga, pihaknya tak memungkiri saat ini peredaran gula rafinasi di sejumlah pasar wilayah provinsi itu marak beredar daripada gula kristal putih konsumsi. Bahkan, harga jual gula rafinasi lebih murah jika dibandingkan dengan harga gula yang biasa dikonsumsi masyarakat.
Untuk harga jual gula rafinasi itu berkisar Rp 8 setiap kg, sedangkan harga gula lokal Rp 9 ribu-Rp 10 ribu per kg. Menurutnya, kebutuhan gula pasir di Banten setiap tahunnya mencapai 9 kg perjiwa. Sehingga jika dikalikan dengan penduduk Banten yang mencapai 10,6 juta maka total kebutuhan gula mencapai 11 juta ton.
Sementara itu, Kepala Seksi Sarana Promosi Perdagangan Bina Pasar dan Distribusi, Disperindag Provinsi Banten, Asmuni mengatakan, untuk mengatasi kelangkaan gula lokal menjelang bulan puasa Disperindag mendapatkan pasokan 2.000 ton dari pabrik penghasil gula di Subang, Jawa Barat. ”Sebelum puasa nanti kita akan dapat kiriman gula lokal, agar persediaan gula lokal di Banten tidak terjadi kelangkaan,” katanya. (bud)