Jembatan Lantainya Terbuat dari Batu Bacan, tak Ada yang Berani Mencukil
’’Saat kami ambil, warna batunya masih hitam. Bongkahan batu itu lalu dipotong-potong dengan ketebalan 22 cm untuk dipasang sebagai lantai bagian tengah jembatan,’’ paparnya.
Pembangunan jembatan tersebut berjalan lancar. Warga sekitar, baik yang tinggal di Amasing Kota maupun Amasing Kota Utara, bahu-membahu mengerjakan jembatan tersebut. Dalam waktu sekitar dua bulan, jembatan sepanjang 38 meter itu pun rampung.
’’Delapan bulan setelah jembatan jadi, warna batu bacan di jembatan ini baru terlihat hijau. Itu seiring dengan gesekan kaki, sandal, dan sepatu warga yang lewat,’’ ujarnya.
Namun, jembatan itu hanya bisa dilalui pejalan kaki. Sepeda maupun sepeda motor tidak diperbolehkan melintasinya karena dikhawatirkan merusak lantai jembatan.
’’Jadi, jembatan ini khusus untuk pejalan kaki. Warga bisa memanfaatkan untuk berolahraga atau terapi karena batu kali di pinggir-pinggirnya dipasang agak menonjol,’’ jelasnya.
Karena manfaatnya itu, warga sekitar jembatan merasa memiliki jembatan tersebut. Mereka turut menjaga jembatan itu agar terawat dengan baik.
’’Semangat itu pula yang membuat batu bacannya tetap utuh. Tidak ada yang berani mencukil. Warga ikut mengawasi jangan sampai ada orang yang mencuri,’’ tegas anggota DPRD Halmahera Selatan tersebut.
Memang, melihat sedang booming-nya batu bacan saat ini, orang bisa saja tergoda untuk mengambilnya dari lantai jembatan. Apalagi harganya yang selangit.