Jepang Beri Rp 113,6 Miliar untuk Para Mantan Wanita Penghibur Korsel
Korsel sendiri diminta untuk mengambil patung perempuan penghibur yang diletakkan di depan Kedutaan Besar Jepang di Seoul pada 2011. Namun, untuk masalah itu, Korsel masih pikir-pikir. Kedua negara juga sepakat untuk tidak lagi saling kritik masalah budak seks pada zaman PD II tersebut di forum internasional.
''Kesepakatan ini sudah final dan tidak bisa diubah jika Jepang memenuhi segala tanggung jawabnya,'' ujar Menteri Luar Negeri Korsel Yun Byung-se pasca pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Jepang Fumio Kishida di Seoul kemarin.
Kishida telah mengungkapkan permintaan maaf setulusnya kepada para perempuan yang kehormatan dan martabatnya telah terluka oleh militer Jepang. ''Dari sudut pandang ini, pemerintah Jepang bertanggung jawab,'' ujar Kishida.
Setelah kesepakatan tersebut, PM Jepang Shinzo Abe menelepon Presiden Korsel Park Geun-hye untuk meminta maaf seperti yang dilakukan Kishida.
Dia menegaskan penyesalannya karena para perempuan itu telah mengalami rasa sakit, baik fisik maupun mental, yang luar biasa. ''Jepang dan Korsel saat ini memasuki era baru. Kita seharusnya tidak menarik masalah ini kepada generasi selanjutnya,'' terang Abe kepada para jurnalis setelah menelepon Park.
Park menjelaskan bahwa kesepakatan tersebut penting. Sebab, para perempuan penghibur itu sudah lanjut usia. Tahun ini saja sudah ada sembilan yang meninggal dunia. Saat ini, ada 46 perempuan penghibur Korsel yang masih hidup. ''Saya harap sakit secara mental yang diderita para perempuan penghibur yang telah lanjut usia ini bisa terobati,'' ujar Park.
Selama Perang Dunia Kedua, ada 200 ribu perempuan penghibur yang diperuntukkan militer Jepang. Mayoritas adalah penduduk Korea. Sisanya berasal dari Tiongkok, Filipina, Indonesia, dan Taiwan. (AFP/Reuters/BBC/CNN/sha/c6/tia)