Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Jokowi Bukan Capres Boneka

Senin, 30 Juni 2014 – 00:11 WIB
Jokowi Bukan Capres Boneka - JPNN.COM
MANTAN Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi. INDOPOS/JPNN.com

jpnn.com - MANTAN Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi menunjukkan keberpihakannya secara nyata dalam pemilu presiden (pilpres) tahun ini. Pilihannya jatuh kepada pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Kiai Hasyim -begitu ia biasa disapa- punya sederet alasan sehingga memutuskan memilih untuk mendukung pasangan yang dikenal dengan sebutan Jokowi-JK itu. Hasyim menilai Indonesia rusak karena keserakahan.

Karenanya, mantan pasangan Megawati Soekarnoputri di Pilpres 2004 itu menganggap Indonesia perlu dipimpin orang jujur. “Dalam diri Jokowi saya melihat kejujuran itu,” kata anggota  dewan pengarah di Tim Pemenangan Jokowi-JK itu.

Lebih jauh tentang alasan-alasan Kiai Hasyim mendukung Jokowi-JK, berikut ini penuturannya dalam wawancara dengan M Fathra Nazrul dari JPNN.

Masyarakat sudah tahu Kiai dukung Jokowi-JK. Salah satu faktornya karena JK orang NU. Kiai sudah janji mendukung siapapun orang NU yang maju Pilpres. Tapi apa benar alasannya cuma itu?

Yang saya maksud NU tidak sekedar orang, tapi mindset NU dalam urusan kenegaraan, dalam urusan kemasyarakatan, dan dalam urusan kebangsaan. Karena di dalam NU itu ada patokan-patokan. Dalam garis moderasinya, misalnya moderasi di dalam pelaksanaan agama, lalu moderasi di dalam hubungan lintas masyarakat, misalnya sesama Islam bagaimana, dengan non-muslim bagaimana, dengan Bhinneka Tunggal Ika bagaimana.

NU itu mempunyai pemikiran dalam hubungan agama dan negara. NU tidak pernah mempertentangkan agama dan negara, tapi mensupremasikan bagaimana tata nilai luhur dalam agama bisa masuk ke negara dalam konteks kerangka nasional, tidak sektarian

Nah, kemudian bagaimana negara bisa melindungi agama, sehingga tidak pernah membuat kontrakdiksi antara agama dengan negara, hubungan substansial, tidak kontekstual. Mindset ini yang harus ada di dalam kepemimpinan negara.

MANTAN Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi menunjukkan keberpihakannya secara nyata dalam pemilu presiden (pilpres)

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News