Jokowi-JK Menang, Prabowo-Hatta Unggul di Sumatera, DKI, Jabar
Dengan demikian, peluang untuk memenangkan pertarungan pilpres terbuka lebar. Terlebih, daru survei Charta juga terungkap, tingkat kemantapan pilihan responden terhadap pilihannya sudah tinggi. Dalam survei ini, secara keseluruhan tingkat responden yang menyatakan sudah mantap terhadap pilihannya mencapai 78,8 persen.
Hanya 12,3 persen responden yang mengaku masih mungkin pilihannya berubah. "Sisanya, 8,9 persen menjawab tidak tahu," ujar Yunarto.
Diuraikan, tingkat kemantapan responden yang memilih Jokowi-JK mencapai 83,6 persen. Sementara responden yang menyatakan masih mungkin berubah berjumlah 12,6 persen dan 3,8 persen lainnya menjawab tidak tahu atau tidak jawab.
Sedangkan tingkat kemantapan responden yang memilih Prabowo-Hatta mencapai 76,6 persen. Yang menyatakan masih mungkin berubah berjumlah 20,4 persen dan 3 persen sisanya menjawab tidak tahu atau tidak menjawab.
Dijelaskan Yunarto, jika responden yang berganti pilihan dan belum menentukan pilihan terdistribusi secara normal maka Jokowi-JK memiliki peluang menjaga jarak elektabilitasnya.
"Meski potensi terjadinya distribusi yang tidak normal tetap ada. Salah satunya karena faktor money politics yang massif. Karena temuan survei menunjukkan, 51,8 persen responden menyatakan akan menerima money politics meski belum tentu akan memilih pasangan capres yang memberikan. Selebihnya, 17,8 persen menyatakan akan menerima dan memilih pasangan capres yang memberikan money politics," kata Yunarto.
Dia jelaskan, hanya 25,4 persen responden yang menyatakan akan menolak pemberian money politics. Sisanya 5 persen lainnya tidak menjawab atau tidak tahu.
Lebih lanjut dia mengatakan, potensi Prabowo-Hatta untuk mengejar ketertinggalan elektabilitas di antaranya dapat disebabkan oleh faktor kampanye hitam.