Juri Debat Konstitusi: Saya Optimistis, Indonesia Tak Akan Kekurangan Ahli Tata Negara
“Kita berharap bibit-bibit terbaik yang akan muncul dalam kontestasi ini,” harapnya.
Dikatakan oleh anggota juri yang lain, Ana Muamanah, diharapkan para peserta untuk lebih mengeskplore materi dalam perdebatan. Diungkapkan, dalam debat itu ada teknik sehingga kita bisa mengatur kuota waktu. “Tadi ada yang mengulang-ulang kalimat,” ujar perempuan anggota MPR dari Fraksi PKB itu.
Dirinya juga mengharap agar peserta tidak terburu-buru menyampaikan gagasan sehingga tidak kelihatan ‘ngos-ngosan’ dalam berdebat.
Sesjen MPR, Ma’ruf Cahyono, yang dalam kesempatan itu juga menjadi juri, dirinya memberi apresiasi kepada peserta debat. Diakui tak mudah untuk membangun argumentasi. “Inilah debat dalam rangka membangun sistem,” ujarnya.
Peserta disebut sudah mendiskusikan dalam konsep dan implementasi dalam argumennya. “Tak ada pendapat salah dan benar tetapi yang ada adalah pengayaan argumentasi,” tegasnya.
Salah satu peserta debat, Fitriyah, mengakui acara seperti itu bagus. “Buat mengakomodir aspirasi,” ujar mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara itu.
Acara ini dikatakan sangat penting sebab diakui banyak generasi muda yang mulai lupa pada Empat Pilar.
“Dengan acara ini bisa menyadarkan kembali,” paparnya. Tim dari perguruan tinggi favorit di Sumatera Utara itu mempersiapkan diri selama sebulan. “Kita belajar penyampaian, urutan, dan substansinya,” akunya.
Dalam Pekan Konstitusi MPR itu peserta dibagi dalam dua katagori, yakni Constitutional Drafting dan Debat Konstitusi. Peserta itu adalah Universitas Padjadjaran, Universitas Diponegoro, Universitas Sebelas Maret, Universitas Pelita Harapan, Universitas Katolik Parahyangan, Universitas Indonesia, Universitas Pattimura, Universitas Sumatera Utara, Universitas Hasanuddin, Universitas Udayana, Universitas Islam Negeri Walisongo, Universitas Lambung Mangkurat, Universitas Brawijaya, dan Universitas Airlangga.(adv/jpnn)