Jurus Kementan Atasi Kekeringan di Kebumen
Antara lain, musim kemarau datang lebih awal sehingga menyebabkan curah hujan rendah, berkurangnya elevasi muka air Waduk Wadaslintang yang berpengaruh terhadap suplai air waduk ke jaringan irigasi (debit berkurang kurang lebih 50 persen), hingga waktu musim tanam yang mundur.
Berbagai upaya pun telah dilakukan untuk menyelamatkan tanaman padi sawah yang terancam kekeringan. Seperti dilaksanakannya sistem gilir giring, dimana setiap 6 hari mendapatkan giliran air selama 1 hari.
Tim ini akan berkoordinasi dan bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat maupun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
“Mereka akan bekerja sama untuk memetakan potensi permasalahan kekeringan di sejumlah daerah serta menyiapkan solusi berupa penggelontoran air dari bendungan,” kata Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy, Minggu (7/7).
Tak hanya itu, petani juga mulai menggunakan sumber air alternatif, dengan memanfaatkan air permukaan sungai Kedungbener dengan metode jaringan irigasi air permukaan (JIAP) untuk memenuhi kebutuhan air irigasi di Desa Bocor Kecamatan Buluspesantren.
Kemudian memanfaatkan saluran pembuangan sungai Rama/Glonggong di Desa Kaleng dan Desa Purwoharjo, Kecamatan Puring, dengan cara membuat bendung tidak permanen dan memompanya ke lahan sawah.
Termasuk pemanfaatan 15 unit pompa air ukuran 3 inch untuk pompanisasi sumber-sumber air permukaan yang masih tersedia.
Tim ini diharapkan melakukan identifikasi ke wilayah yang terdampak kekeringan. Jika masih terdapat sumber air (air dangkal), tim ini mendorong dinas pertanian setempat untuk mengajukan bantuan pompa air kepada instansi terkait.