Jutaan Akrilik Simbolkan Hati Umat Manusia
’’Dulu saya mendapatkan penglihatan sebuah palungan Yesus saat merangkai pohon Natal dari layang-layang. Itu jelas banget, lho,’’ kata dosen luar biasa bidang mall and retail di jurusan pariwisata tersebut. Pohon Natal layang-layang setinggi 6 meter itu sudah ditempatkan di ruang perpustakaan lantai 6 UK Petra.
Namun, ’’penglihatan’’ serupa tak jua muncul. Padahal, dia sudah membulatkan tekad untuk bisa merampungkan pohon Natal terbanyak pada 2014. Rekor sebelumnya adalah enam pohon pada 2008.
’’Yang saya terima hanya kata-kata. Tapi, itu mau saya wujudkan apa? Ya saya cuman sketsa,’’ papar mantan atlet nasional tenis meja yang mewakili Indonesia di Rusia pada 1972 tersebut. Titien pun sempat ’’mengadu’’ kepada Tuhan. ’’Saya itu sampai bilang, Tuhan kalau kasih ya jangan yang abstrak dan susah dong,” ujarnya.
Tak urung, gambaran-gambaran konkret pun mulai muncul. Titien lalu memikirkan tentang kondisi hati manusia yang sejatinya suci. Meski raga amburadul dan hidup tak keruan, sejatinya jauh di lubuk hati tetap ada sebuah menara suci.
Karena itu, dia mulai mengumpulkan potongan-potongan akrilik bening dari toko-toko. Total beratnya 1,3 ton. Bentuk akrilik itu pun tak beraturan. Namanya juga limbah. Oleh Titien, akrilik tersebut disusun sebagai sebuah kerucut raksasa setinggi 7 meter.
Kerucut itu pun tidak hanya satu lapis, melainkan tiga. Menurut Titien, itu melambangkan Tritunggal Mahakudus. Yakni, Bapa, Putra, dan Roh Kudus.
Menurut Titien, Roh Kudus tinggal dalam relung hati paling dalam umat manusia. Karena itu, akrilik di lapisan terdalam diberi hiasan lampu-lampu dan ornamen-ornamen mengilap. Sedangkan lapisan akrilik paling luar dibiarkan polos begitu saja.
Meski berada paling dalam, hiasan itu masih bisa terlihat memancar elok dari luar. Ya, akrilik transparan justru bisa memendarkan hiasan paling dalam dengan bentuk bias-bias sinar yang apik.