Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Jutaan Warga Bangladesh Minum Air Arsenik

Kamis, 07 April 2016 – 13:04 WIB
Jutaan Warga Bangladesh Minum Air Arsenik - JPNN.COM
Ilustrasi. Foto: JPNN

jpnn.com - DHAKA – Jutaan warga Bangladesh terancam kehilangan nyawa karena minum air yang mengandung arsenik. Berdasarkan laporan pengamat HAM (HRW), Rabu (6/4) kemarin, sekitar 43 ribu warga meninggal setiap tahun.

Mereka terserang berbagai penyakit karena keracuna arsenik. Misalnya, kanker, lesi di kulit, liver, jantung, ginjal, dan paru-paru. Kejadian mengenaskan itu bermula dari usaha pemerintah menyediakan air bersih untuk penduduk miskin pada 1970-an.

Saat itu, pemerintah Bangladesh menggali air tanah dan menyediakan jutaan sumur kecil bagi penduduk desa. Mereka tidak menyadari bahwa tanah di area yang digali tersebut bercampur dengan arsenik alami. Sekitar 20 juta penduduk Bangladesh meminum air beracun itu setiap hari.

Pemerintah Bangladesh akhirnya mengetahui air tersebut beracun setelah melakukan pengetesan pada 2000–2003. Namun, mereka tidak melakukan usaha apa pun untuk menghilangkan kandungan arsenik tersebut.

“Alasan mengapa tragedi ini masih terus terjadi adalah karena pemerintahan yang buruk,” ujar peneliti HRW Richard Pearshouse. WHO bahkan menyebut itu sebagai keracunan masal terbesar sepanjang sejarah.

Beberapa penduduk membuat sumur yang lebih dalam untuk mencari sumber air di bawah air tanah yang terkontaminasi. Namun, tidak ada pengawasan yang layak dari pemerintah sehingga tidak diketahui dengan pasti apakah sumur tersebut sudah bebas arsenik atau belum.

Para politikus malah memanfaatkan momen itu untuk membangun sumur-sumur baru yang tidak terkontaminasi racun bagi para pendukungnya. Sayangnya, wilayah-wilayah yang justru paling parah malah tidak mendapat sumur baru tersebut.

“Artinya, situasi saat ini masih sama buruknya dengan 15 tahun lalu,’’ ujar Pearshouse.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News