Kabar Baik dari Peneliti soal Virus Corona di Indonesia, Semoga Saja
jpnn.com, BANDUNG - Peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) memprediksi wabah virus Corona atau COVID-19 di Indonesia akan berakhir pada pertengahan April 2020.
Direktorat Humas dan Publikasi ITB dalam keterangan tertulisnya menyebutkan, berdasarkan hasil simulasi dan pemodelan sederhana dapat disimpulkan bahwa Indonesia akan mengalami puncak jumlah kasus harian COVID-19 pada akhir Maret dan berakhir pertengahan April 2020, dengan kasus harian baru terbesar berada di angka sekitar 600.
“Tentu perlu dicatat, ini adalah hasil pemodelan dengan satu model yang saya rasa cukup sederhana dan sama sekali tidak mengikutkan faktor-faktor yang kompleksitasnya tinggi,“ ujar Nuning Nuraini, salah satu tim peneliti pada Pusat Pemodelan Matematika dan Simulasi (P2MS) ITB seperti dilansir Antara, Kamis (19/3).
Nuning mengatakan, penelitian tersebut dilatarbelakangi oleh kasus COVID-19 di Indonesia yang menjadi bagian dari pandemi global dan telah melahirkan berbagai riuh rendah serta kontroversi apakah tindakan yang diambil telah cukup untuk menangkal penyebaran lebih lanjut, atau kah terlampau berlebihan.
"Dalam penelitian ini, kami berusaha menjawab pertanyaan mendasar tentang epidemi yang sedang terjadi saat ini di Indonesia melalui suatu model matematika sederhana," ujar Nuning.
Dalam penelitian yang menjadi jurnal ilmiah tersebut, Nuning dengan tim membangun model representasi jumlah kasus COVID-19 dengan menggunakan model Richard’s Curve karena sesuai dengan kajian Kelompok Pemodelan Tahun 2009 yang dibimbing oleh Prof Dr Kuntjoro A Sidarto.
Model tersebut terbukti berhasil memprediksi awal, akhir, serta puncak endemi dari penyakit SARS di Hong Kong tahun 2003. Model Richard’s Curve terpilih ini lalu mereka uji pada berbagai data kasus COVID-19 terlapor dari berbagai macam negara, seperti Tiongkok, Iran, Italia, Korea Selatan, dan Amerika Serikat, termasuk data akumulatif seluruh dunia.
Ternyata, secara matematik, ditemukan bahwa model Richard’s Curve Korea Selatan adalah yang paling cocok, atau memiliki kesalahannya kecil untuk disandingkan dengan data kasus terlapor COVID-19 di Indonesia jika dibandingkan dengan model yang dibangun dari data negara lain. Kesesuaian itu terjadi saat Indonesia masih memiliki 96 kasus.