Kadin Net Zero Hub: Tanpa Dekarbonisasi Industri, Indonesia Sulit Mencapai Target NDC
Kenaikan emisi ini memang sejalan dengan kenaikan konsumsi bahan bakar industri, yaitu sebesar 30 persen per tahun (ESDM, 2020).
Sejalan dengan kenyataan itu, industri bertanggung jawab atas lebih dari 70 persen total emisi gas rumah kaca (GRK) global, dan sektor energi menyalurkan hingga 33,19 persen emisi GRK.
Menurut dia, Indonesia merupakan penyumbang emisi GRK terbesar ke-8 di dunia.
“Tidak ada pilihan selain membenahi penyediaan energi di sektor industri dalam upaya pencapaian target NDC. Sekali lagi, industri bergerak dengan energi yang mayoritas berasal dari bahan bakar fosil, bukan listrik,” kata Yusrizki.
Dia menambahkan industri menggunakan listrik dan energi non-listrik dalam kegiatan produksinya.
Pabrik-pabrik menggunakan energi fosil guna memproduksi energi secara mandiri kemudian digunakan untuk menjalankan sistem pemanas (heating), menggerakan boiler (untuk menghasilkan uap panas atau steam), sistem pembakaran, pendinginan (cooling), dan untuk memproduksikan feedstock atau bahan mentah untuk diolah menjadi produk jadi.
Yusrizki menyayangkan selama ini fokus penurunan emisi karbon nasional masih sangat terfokus kepada sektor kelistrikan, yang sebenarnya porsi penggunaannya jauh lebih kecil, yakni 24 persen dibandingkan energi fosil, 76 persen, oleh sektor industri nasional. “Tanpa pemahaman yang tepat mengenai konsumsi energi di sektor industri kita, akan sulit untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam dekarbonisasi industri,” paparnya.
Lebih lanjut dia menuturkan bahwa dekarbonisasi industri saat ini sudah menjadi agenda penting ekonomi-ekonomi besar dunia.