Kandang Kerbau Majikan Jadi Rumah Badri Sekeluarga
Bau Kotoran Sudah Bukan Hal AsingMeski tinggal di kandang kerbau berisiko terhadap kesehatan istri dan empat anaknya, Badri mengaku tidak bisa berbuat banyak. Apalagi, dia tinggal bersama dua kerbau.
“Ukuran gubuk ini 6x4 meter ini. Saya tinggal satu atap dengan dua kerbau milik majikan. Bagi kami, bau kotoran sudah tak asing,” ucapnya.
Mereka rela tidur dengan kerbau tanpa dinding pemisah. Selain itu, atap yang terbuat dari bambu sering bocor ketika hujan turun lebat. “Yang penting, atas dan samping kiri kanan tertutup,” ujarnya lantas mengusap air mata.
Badri menerangkan belum terdata dalam daftar miskin. Sebab, dia bersama keluarganya baru tinggal di kampung tersebut. “Kami sekeluarga sangat berharap bantuan bedah rumah seperti yang dilakukan bupati selama ini,” jelasnya.
Yuyu Yuliani, istri perangkat RT setempat, menuturkan bahwa keluarga tersebut memang belum melakukan administrasi pemindahan ke wilayah tersebut. Jadi, pemerintah desa setempat belum mengetahui peristiwa itu.
Namun, Yuyu berupaya mengajukan permohonan kepada pemerintah desa setempat agar Badri dan keluarga menerima bantuan secepatnya. “Karena rumahnya sudah tidak aman lagi untuk ditempati sehingga harus diprioritaskan perbaikannya. Kasihan kalau sampai tinggal di kandang,” ujarnya.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Sukabumi Adjo Sarjono menambahkan, seharusnya keluarga Badri pindah dari kandang kerbau. Mereka tidak boleh tinggal seatap dengan hewan karena akan menimbulkan penyakit sekaligus mengancap kesehatan penghuni.
“Sebetulnya menurut laporan aparat setempat keluarga ini bukan warga asli kampung itu dan keberadaanya baru tiga bulan. Namun dia ingin tinggal di sana. Sehingga kami akan upayakan rumah yang layak huni,” papar dia.