Kanwil Bea Cukai Kalbagtim - Wantimpres Gelar Forum Diskusi
jpnn.com, SAMARINDA - Kepala Kantor Wilayah Bea Cukai Kalimantan Bagian Timur (Kalbagtim), Agus Sudarmadi, didampingi seluruh Kepala Kantor Bea Cukai di lingkungan Wilayah Kalbagtim, menyambut kedatangan para anggota Dewan Pertimbangan Presiden Republik Indonesia (Wantimpres RI), pada Rabu (25/7).
Kedatangan para anggota Wantimpres RI tersebut dalam rangka mengadakan kunjungan kerja dan menghadiri forum diskusi yang digelar Kantor Wilayah Bea Cukai Kalbagtim di Aula Banua Caraka Kantor Bea Cukai Samarinda.
Rombongan Wantimpres RI terdiri dari Letjen TNI (Purn) M. Yusuf Kartanegara (anggota Wantimpres), Mayjen TNI (Purn) Mashudi Darto, Mayjen TNI (Purn) Dr. I Gusti Putu Buana SAP, M.Sc, Kolonel LEK Gatot Sutomo, S.T, Shinta Tri Lestari S.H, M.Kn, Ir Amal Witonohadi M.T, Abd. Rahman S.H, Uus Alihusni, dan Andytias D, A.
Dalam forum diskusi bertajuk Optimalisasi Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba untuk Mewujudkan Keamanan yang Kondusif, Letjen TNI (Purn) M. Yusuf Kartanegara, mengatakan luasnya wilayah Indonesia merupakan hal strategis bagi penyelundup narkoba. Sehingga dengan adanya diskusi tersebut, diharapkan Tim Wantimpres mendapat masukan hal-hal berkaitan dengan kendala maupun informasi yang nantinya bisa disampaikan ke Presiden.
Selanjutnya, Agus Sudarmadi menyampaikan bahwa Kanwil Bea Cukai Kalbagtim sangat senang atas kedatangan Tim Wantimpres. “Dalam agendanya mengunjungi seluruh instansi terkait dalam penanggulangan narkoba, semoga kedatangan Tim Wantimpres bisa membantu Bea Cukai Kalbagtim dalam meningkatkan sinergitas dengan instansi terkait lainnya, karena Bea Cukai Kalbagtim sendiri masih punya beberapa kendala, antara lain kebijakan negara tetangga, sarana prasarana pengawasan, topografi perbatasan, perekonomian, dan perdagangan serta sumber daya manusia.”
Penyebab tingginya angka penyelundupan narkoba, menurut Agus adalah dikarenakan bisnis narkotika adalah underground economy dengan keuntungan yang besar, sehingga membuat orang mudah tergiur untuk melakukannya.
“Sarana transportasi laut yang cenderung masih tradisional (tanpa Automatic Identification System / AIS radar maupun lampu) cukup menyulitkan petugas dalam melakukan deteksi ditengah laut. Secara topografi Kalimantan Utara memiliki perbatasan darat yang sangat panjang, banyaknya jalur illegal, serta perbatasan laut yang sangat dekat juga merupakan kendala dalam pengawasan,” ujarnya.
Mayjen TNI (Purn) Dr. I Gusti Putu Buana selaku Ketua Tim Kajian kemudian menambahkan bahwa hukuman mati yang telah diterapkan kepada para pelaku pengedar narkoba ternyata belum bisa membuat efek jera ataupun takut para pelakunya. Dan berdasarkan data dari BNN di Indonesia setiap harinya terdapat 40-50 orang meninggal dunia karena mengonsumsi narkoba.