Kapal Sulit Bersandar, Sapi -sapi Kurban Mati Bergelimpangan
Ismail mengatakan, pihaknya sudah berusaha meminta izin agar kapalnya bisa mengeluarkan sapi-sapi tersebut. Di antaranya, dengan mendatangi Kantor Otoritas Pelabuhan (OP) Tanjung Perak dan Syahbandar. Namun, instansi itu tetap tidak memperbolehkan. Alasannya, lokasi tersebut bukan untuk bongkar muat.
Ismail gelisah bukan main. Maklum, dia khawatir makin banyak sapi yang mati. Dia akhirnya melapor ke Polres Tanjung Perak. Mendapat laporan itu, Kasubaghumas Polres Tanjung Perak AKP Lily Djafar bersama petugas lain langsung menuju TKP (tempat kejadian perkara).
Melihat kondisi sapi, Lily meminta petugas kapal untuk mengeluarkan sapi dari kapal. ”Kalau dibiarkan, akan semakin banyak yang mati kepanasan. Kasihan juga sapinya,” jelasnya.
Dia mengatakan, keadaan itu sudah termasuk kondisi darurat. Kalau menunggu sampai bisa sampai di pos 4, bukan tidak mungkin akan semakin banyak sapi yang mati. Akhirnya, pihak pelabuhan memperbolehkan kapal bersandar di terminal penumpang.
Setelah petugas polisi datang, sapi yang rata-rata berusia 2–2,5 tahun itu bisa dikeluarkan. Selanjutnya, sapi tersebut dimasukkan ke truk untuk dibawa ke kandang sementara. ”Akan kami tampung di kandang milik mitra bisnis kami,” jelas Ismail.
Dia menambahkan, hewan itu akan diberi makanan yang cukup sehingga segar kembali. Sabtu besok (20/9) sapi itu dibawa ke Jakarta. Dia menceritakan, setiap tahun pihaknya selalu mengirim sapi kurban ke Jakarta. Biasanya pelayaran selalu lancar. Kapal juga bersandar di Pelabuhan Tanjung Perak dengan mudah. Dengan begitu, sapi-sapi tidak sampai tertahan dan kepanasan.
’’Baru kali ini, banyak sapi yang mati. Kami juga akan berkoordinasi dengan ekspedisi yang mengangkut sapi itu dan meminta pertanggungjawaban,’’ ujar Ismail.
Dia mengatakan, harga dasar sapi itu berkisar Rp 8 juta–Rp 10 juta per ekor. Harga jualnya tentu lebih besar daripada angka tersebut. Karena itu, jika 13 sapi mati, kerugian yang dialami cukup besar.