Kapolri Minta Polwan jadi Ujung Tombak Promoter
jpnn.com - JAKARTA - Kapolri Jenderal Tito Karnavian meminta para polisi wanita (polwan) menjadi ujung tombak dalam program promoter (profesional, modern, dan terpercaya). Program tersebut bertujuan untuk mengembalikan kepercayaan publik kepada Polri.
"Saya sangat berharap rekan-rekan polwan bisa menjadi salah satu ujung tombak program promoter yang sudah kami canangkan, yaitu polisi yang lebih profesional, modern, dan terpercaya," kata Tito dalam sambutannya di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Minggu (28/8).
Ribuan polwan, hadir dalam acara sekaligus memperingati HUT ke-68 polwan. Tito menilai, peran polwan cukup penting mengembalikan kepercayaan publik yang kian menurun terhadap Polri. "Terutama faktor kultur atau budaya di lingkungan Polri. Kultur dan budaya lingkungan yang belum kondusif sesuai dengan tuntutan zaman yang terbuka saat ini," tambah Tito.
Kapolri juga memandang, masyarakat masih menilai polwan merupakan polisi yang jujur dan bebas dari korupsi. Sehingga, polwan diharapkan bisa menjadi pintu masuk menyentuh hati masyarakat. Tentunya, hal ini untuk mengembalikan kepercayaan Polri kepada masyarakat.
"Polwan relatif resisten kebal dari budaya korupsi. Kelebihan lainnya polwan memiliki jiwa sensibilitas yang tinggi. Polwan cukup memahami sehingga bisa membantu menangani anggota polisi ataupun warga. Khususnya kasus-kasus yang melibatkan anak atau perempuan," pungkas Tito.
Sementara itu, pakar komunikasi Hamdi Muluk mengapresiasi program promoter yang diluncurkan oleh Kapolri Tito. Menurutnya, sudah waktunya Polri menjemput bola mengambil hati masyarakat.
"Seperti di Jepang polisi itu tidak menakutkan lagi. Polisi dan masyarakat merupakan mitra. Jadi Pak Tito itu mikirnya paling maju. Polisi itu harus mendapatkan hati masyarakat. Kalau tidak, untuk mencapai polisi yang profesional, itu sulit," kata Hamdi usai acara diskusi prometer di Bundaran HI, Jakarta Pusat.
Hamdi menerangkan, selama ini masyarakat memandang curiga kepada Polri karena dianggap tidak melaksanakan tugas dengan baik. Sehingga, apapun yang disampaikan polisi, dianggap sebagai bencana.