Kasih dan Kesah Orangtua yang Menahan Lapar Demi Lihat Anaknya
jpnn.com - SORONG - Ruang sidang di Pengadilan Negeri Sorong, Papua Barat, Senin (25/7) kemarin sudah penuh sesak. Meski sidang belum dimulai, namun orangtua dan keluarga para terdakwa sudah berdatangan ingin memberikan dukungan moril.
Situasi seperti ini memang sudah sering terjadi. Sidang akan digelar dengan terdakwa berbagai kasus. Menengok ke sekeliling ruang sidang, para orangtua dan keluarga tampak membawakan makanan untuk keluarganya yang berstatus terdakwa.
Mereka rela menunggu hampir enam jam untuk bisa bertemu. Datang pukul 09.00 WIT, padahal sidang baru digelar pukul 15.00 WIT.
“Siang malam, mama berdoa kepada Tuhan minta supaya anak ne harus bertobat, tidak boleh membuat orang tua malu. Mama mau supaya ke depan anak sadar, bisa kembali kuliah, supaya mengangkat nama baik keluarga,” tutur Marta (60), ibu dari salah seorang anak yang akan menjalani sidang.
Tidak hanya Martha, ada pasangan suami-istri yang telah memasuki usia lanjut, rela menahan perihnya perut menahan lapar, untuk memastikan bahwa keadaan anaknya baik-baik saja. “Bapa sudah makan,” tanya awak Radar Sorong saat itu, yang langsung direspons dengan nada polos.
“Tunggu anak selesai ikut sidang dulu. Tidak apa-apa,” ungkapan ini seakan memberi jawaban bahwa rasa haus dan lapar tidak lebih penting dari rasa cinta dan kasih sayang orangtua kepada anak-anak.
Walaupun hanya bertatapan muka sejenak saat digiring keluar dengan baju tahanan kejaksaan, para orangtua mengaku sedikit lega jika mendengar jawaban si anak bahwa, mereka selalu dalam keadaan baik di balik jeruji besi.
Salah seorang orangtua terdakwa menuturkan kalau anaknya terlibat kasus penjambretan. Dia mengaku telah berusaha menyelesaikan perkara yang dijalani anaknya secara kekeluargaan dengan pihak korban, namun upaya tersebut sia-sia. Dia tidak cukup uang untuk menggantikan seluruh beban yang dimintakan oleh keluarga korban jambret.