Kasihan, Para Perawat Hanya Dibayar Rp200 Ribu per Bulan
"Karena masa darurat semua tenaga kesehatan enggak pandang bulu diberdayakan semua. Termasuk saya yang administrasi puskesmas disuruh ikut tim juga. Bawa pasien ke rumah sakit rujukan," ujar Asep yang juga korda Perkumpulan Hononer K2 Indonesia (PHK2I) Kab Ciamis.
Asep mendapatkan tugas empat hari di posko terpadu perbatasan. Setiap harinya dia bersama tim gabungan memeriksa lebih dari 100 orang yang mudik ke Ciamis.
Dia tahu resikonya besar karena rerata yang mudik berasal dari wilayah zona merah COVID-19. Namun, karena panggilan tugas harus siap menantang resiko.
Sama seperti Ani, Asep juga tidak mendapatkan honor tambahan. Dia hanya diberi Rp100 ribu per hari bila bertugas di perbatasan.
"Saya sih dengar di berita TV ada honor bagi tenaga media dan kesehatan yang berjuang melawan COVID-19. Namun, sampai saat ini kami belum dapat. Yang saya dapat hanya APD," ungkapnya.
Padahal kata Asep, untuk menuju perbatasan dia harus menempuh jarak 30 kilometer. Agar menghemat tenaga, setiap lima hari pulang ke rumah dengan membawa uang Rp 200 ribu sampai Rp 300 ribu setelah dipotong rokok.
"Saya kalau di perbatasan kerja 1x24 jam. Biar enggak ngantuk saya beli rokok dari uang harian Rp100 ribu makanya kalau pulang rumah hanya bisa kasih Rp 200 ribu. Kalau honor dari puskesmas Rp 200 ribu per bulan," tuturnya.
Selama di perbatasan, Asep menyebutkan, mendapatkan pasokan makanan bergizi. Namun, ketika pulang dia harus membeli sendiri makanan bergizi sesuai anjuran dari Dinas Kesehatan.