Ke Universitas Al-Azhar ketika
Berenam Tambal Biaya Hidup dari Rental MobilKamis, 19 Februari 2009 – 06:12 WIB
Fatkhur Rohman, misalnya. Mahasiswa 27 tahun yang bekerja sebagai staf lokal KBRI tersebut kini kehidupannya jauh lebih baik dibanding saat dia datang kali pertama ke Mesir pada 2000 lalu. Fatkhur yang asal Demak, Jawa Tengah, bukanlah penerima beasiswa yang diseleksi oleh Depag atau Kedubes Mesir di Jakarta. Dia mengakui modal satu-satunya ketika datang ke Mesir adalah uang USD 200 atau sekitar Rp 2,4 juta. ’’Saya juga tak bisa berbahasa Arab maupun Inggris,’’ kenangnya. Namun, dia sangat bersemangat ingin kuliah di Al-Azhar.
Setahun pertama, dia tak bisa meraih impiannya. Fatkhur hanya disibukkan oleh upaya untuk bertahan hidup. Dia tidur di Masjid Indonesia di kawasan Dokki, Kairo, dan menjadi pembantu setiap acara-acara KBRI. ’’Pada awal-awal saya datang, saya sering kebablasan hingga ke terminal saat naik bus kota. Sebab, saya tak tahu harus ngomong apa bila hendak turun,’’ katanya.
Namun, karena keinginannya yang kuat untuk maju, dia habis-habisan belajar bahasa Arab. Dalam tempo setahun, dia sudah mahir berbahasa Arab. Ketika sudah mempunyai cukup bekal, dia mendaftar ke Al-Azhar pada 2001 dan diterima. Setelah masuk Al-Azhar, kehidupannya membaik. Setelah tiga tahun menjadi dekorator setiap acara KBRI, Fatkhur diterima sebagai staf lokal KBRI dengan gaji tak lebih dari 500 pound. Namun, seringnya ada acara dan banyaknya tamu Indonesia yang merasa terbantu membuat dia mendapat penghasilan ekstra.