Keamanan Cyber Jadi Fokus Utama di 2017
Masalah keamanan perbankan memang ramai sepanjang 2016. Setidaknya beberapa peristiwa hilangnya uang nasabah menghiasi media-media nasional. Pencurian dana nasabah di Batam dan Mataram setidaknya kembali mengungkit betapa lemahnya keamanan sistem ATM perbankan nasional hari ini.
“Setidaknya kartu yang masih menggunakan pita magnetik dan mesin ATM yang masih memakai Windows XP adalah dua hal yang paling mudah dimanfaatkan pihak ketiga untuk mencuri dana nasbah,” jelas Pratama.
Dia menambahkan, 2017 pemerintah nasional harus memperkuat regulasi untuk memaksa perbankan melakukan updgrade sistem ATM demi keamanan nasabah. Kartu ATM dengan pita magnetic rawa pencurian datanya. Belum lagi mesin ATM berbasis Windows XP yang sangat rawan karena tidak mendapat dukungan keamanan lagi dari Microsoft.
“Migrasi ke kartu ATM berbasis chip harus dipercepat, begitu juga dengan pembaharuan pada mesin ATM. Karena mesin ATM ini menjadi pintu masuk para pencuri ini mengambil data nasabah,” terangnya.
Pratama menambahkan bahwa di 2017 isu keamanan cyber akan semakin mendapat tempat. Oleh karena itu semua pihak sebaiknya belajar dari pengalaman sepanjang tahun 2016.
Serangan DdoS, Ransomware, email phising masih akan menjadi masalah terbesar masyarakat dunia di wilayah cyber. Ditambah dengan poor patch management yang memungkinkan lubang keamanan terbuka karena kelalaian manajerial.
"Ini semua bisa dikurangi dengan peningkatan keamanan cyber secara kultural sekaligus didorong oleh pemerintah,” jelas mantan pejabat Lembaga Sandi Negara ini.
Selain keamanan, di pertengahan sampai pada akhir 2016 isu tentang aplikasi dan layanan internet asing di tanah air juga jadi sorotan. Ini terkait keberadaan raksasa teknologi seperti Google dan Facebook yang belum jelas bentuk dan pembayaran pajaknya di Indonesia.