Kebocoran Data Bisa Picu Kerugian Miliaran Rupiah
jpnn.com, JAKARTA - Pesatnya perkembangan ekonomi digital dewasa ini membawa konsekuensi di bidang keamanan siber.
Apalagi tren menunjukkan adanya peningkatan aksi peretasan dan pencurian data yang mendorong prioritas keamanan pada layanan digital di sektor perbankan dan keuangan sudah tidak bisa lagi dipandang sebelah mata.
"Keberadaan dan keberlangsungan pasar modal kini semakin vital bagi perekonomian Indonesia sehingga semua infrastruktur dan sistem pendukung pasar modal mesti dijaga dan dikelola sebaik-baiknya agar berjalan semakin sempurna," kata Direktur Utama PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), Hasan Fawzi, Rabu (10/5).
KPEI sendiri telah memperkuat keamanan sistem TI hingga mendapatkan sertifikasi ISO 27001:2013. Upaya ini bukannya tanpa alasan.
Merujuk hasil survei Global Corporate IT Security Risks 2015, ditemukan bahwa 73 persen organisasi mengalami insiden keamanan teknologi informasi internal.
Di sisi lain, sebanyak 46 persen responden menyatakan tidak yakin apakah personel senior (non-IT) dalam organisasi memiliki pemahaman yang baik tentang risiko keamanan teknologi informasi yang dihadapi perusahaannya.
Celakanya, masih menurut survei itu, bagi perusahaan besar (skala enterprise), sebuah insiden kebocoran data yang fatal bisa mengakibatkan kerugian USD 84.000 - USD 551.000 atau sekira Rp 1,2 - Rp 7,2 miliar .
Sementara bagi perusahaan kecil dan menengah, kerugian berkisar USD11.000 - USD38.000 atau sekira Rp 146 juta - Rp 494 juta.