Kekerasan dalam Pendidikan Makin Masif
jpnn.com, JAKARTA - Ada dua hal penting yang menjadi catatan FSGI (Federasi Serikat Guru Indonesia) dalam memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) Tahun 2017. Pertama, kekerasan dalam pendidikan yang semakin masif dan mengerikan.
Kedua, berkurangnya sikap toleran dalam menerima keberagaman dan menurunnya nilai-nilai kebangsaan di sekolah. Kedua hal tersebut terkait dengan karakter.
Kondisi tersebut, menurut Sekjen FSGI Retno Listyarti, mendorong Kemdikbud mengeluarkan Permendikbud tentang budi pekerti, sekolah aman. Di samping Surat Edaran agar semua sekolah menyanyikan lagu Indonesia Raya setiap mulai pelajaran pertama dan mengakhiri pelajaran jam terakhir setiap harinya.
"Apakah kebijakan ini tepat dan implementatif dalam memperkuat nilai-nilai kebangsaan?,” ujar Retno dalam diskusi pendidikan, Senin (1/4).
Menurut Doni Koesoema yang juga menjabat sebagai Dewan Pengawas FSGI, pendidikan karakter harus menjadi poros dan roh dalam mengelola pendidikan nasional.
Untuk itu, perlu komitmen dan konsistensi pemerintah melalui regulasi yang mendukung peningkatan kualitas pembelajaran di kelas, pengembangan budaya sekolah sebagai komunitas moral pemelajar, dan membangun kolaborasi dengan masyarakat secara fair dan adil dalam peningkatan kualitas pendidikan.
"Filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara melalui empat dimensi pengolahan hidup, olah rasa, olah pikir, olah hati, dan olah raga, harus dikembalikan dalam setiap kinerja pendidikan," terang Doni.
Sementara Asrul Raman, pengurus SEGI Bima mengungkapkan, pendidikan karakter di sekolah selama ini diberikan tanggung jawab kepada guru BP/BK. Ini problem dasarnya sehingga yang terjadi hanya penindakan tanpa dibarengi pencegahan.
"Pendidikan karakter semestinya melibatkan cognitive, feeling dan action. Ketiga aspek tersebut harus saling menyelimuti satu sama lainnya. Dan tentu harus ada yang mengawalnya, yaitu aktor yang terlibat. Intinya. Pendidikan karakter harus dikawal oleh banyak pihak, baik di dalam maupun di luar sekolah," paparnya.(esy/jpnn)