Kekeringan Melanda, Air Bersih Mulai Langka
jpnn.com - GUNUNGKIDUL – Penduduk di Gunungkidul, Yogyakarta yang tinggal di zona krisis air mulai kesulitan air bersih. Mereka bahkan terpaksa mengeluarkan uang ekstra untuk mendapatkan air bersih.
Salah satu daerah yang mulai dilanda kekeringan adalah Desa Bohol di Kecamatan Rongkop. Warga di Desa Bohol harus mengeluarkan uang secara mandiri hingga ratusan ribu rupiah demi memenuhi kebutuhan air.
Sekretaris Desa Bohol, Suparmin mengatakan, zona rawan kekeringan di wilayahnya terjadi di delapan pedukuhan. Meseki fenomena kemarau basah cukup menguntungkan karena curah hujan cukup tinggi sehingga bak-bak penampung terisi, namun lambat laun cadangan air terus berkurang.
Walhasil cadangan air pun tak mencukupi lagi untuk memenuhi kebutuhan warga. “Namun sejak sepekan kemarin, intensitas hujan menurun, sehingga bak penampungan air mulai mengering dan tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari,” kata Suparmin.
Ia menambahkan, krisis air bersih tidak merata di delapan pedukuhan. Namun sudah terlihat di Pedukuhan Wuru dan Ngasem Kidul.
Warga membeli air bersih dari truk tangki pengangkut air. “Setiap tangki seharga Rp 140.000,” ujar Suparmin.
Air satu tangki bisa untuk dua minggu. Tentu saja, jika kondisi itu terus berlanjut, pengeluaran warga untuk mencukupi kebutuhan air kian berat.
Kepala Dinsosnakertrans Gunungkidul Dwi Warna Widi Nugraha mengaku siap melakukan mengedrop air bersih ke wilayah yang mengalami kekeringan. Ia menegaskan, masih ada anggaran sebesar Rp 650 juta untuk mengedrop air.