Kelaparan, Nenek Renta Curi Getah Karet
Sabtu, 26 Maret 2011 – 04:11 WIB
”Dengan uang sebesar itu pasti tidak bisa mencukupi kebutuhan keluarga, sehingga dengan terpaksa bekerja sebagai buruh harian penyadap karet untuk menyambung hidup,” terang Sely. Selain uang pensiun, suami Smn yang sudah renta juga masih bekerja sebagai tenaga harian di perkebunan yang sama. "Tetapi ia hanya menerima upah Rp 20/pohon. Luas lahan yang dikerjakan 0,5 hektare, " papar Selly.
Jika hari hujan, suami Smn tidak bekerja karena pohon licin. "Kondisi itulah yang membuat Nenek Smn nekat mencuri karet. Sudah berhari-hari suaminya tidak bisa bekerja. Dengan demikian tidak ada pemasukan, hingga tidak bisa makan. Sedianya, getah karet curian akan dijual untuk dibelikan beras."
Ketua Departemen Reformasi, Kebijakan Gerakan Perempuan Lampung (GPL) Titin Kurniasih menambahkan kasus Smn ini rupanya hanya dilihat dari sisi legal formal dan mengabaikan sisi kemanusiaannya. Pihaknya optimistis bahwa advokasi yang akan dilakukan tidak sia-sia.