Kelompok Penebar Kebencian Tumbuh Subur di Era Trump
Persoalannya, merealisasikan desakan itu bukan perkara mudah. Sebab, dukungan presiden of the United States (POTUS) terhadap kelompok penebar kebencian itu tidak berhenti sampai di tahap kampanye. Saat tragedi Charlottesville, suami Melania tersebut enggan mengecam para pelaku.
Trump memang mengeluarkan kecaman sebelum ditarik lagi dengan pernyataan bahwa dia menyalahkan kedua pihak yang terlibat. Merasa didukung, para pendukung Trump sudah bersiap untuk kembali turun ke jalan.
Tindakan Trump tersebut menuai kecaman dan tekanan dari berbagai pihak. Termasuk dari partainya, Republik. Tekanan itu pula yang mungkin membuat Trump akhirnya memecat penasihat strategi, Steve Bannon.
Tokoh ekstremis sayap kanan itu meninggalkan Gedung Putih Jumat (18/8). Dia akan kembali bergelut dengan pekerjaannya sebagai editor di situs Breitbart.
”Kepala Staf Gedung Putih John Kelly dan Steve Bannon sepakat bahwa hari ini merupakan hari terakhir Steve Bannon. Kami sangat menghargai pekerjaannya dan berharap yang terbaik untuknya,” ujar Juru Bicara Gedung Putih Sarah Huckabee Sanders.
Banyak pihak yang memuji pemecatan Bannon. Namun, banyak pula yang apatis. Politikus Demokrat Nancy Pelosi menegaskan, pemecatan itu tidak akan membuat perubahan signifikan. Sebab, Trump sudah rasis sejak dulu meski tanpa pengaruh Bannon. Hal senada diungkapkan Senator Bernie Sanders.
”Masalahnya bukan hanya Steve Bannon. Yang menjadi masalah adalah Donald Trump dan selalu dia,” cuit Sanders di akun Twitter-nya.
Bannon selama ini memiliki pengaruh kuat terhadap Trump. Dia menjadi orang di balik kesuksesan kampanye rasis yang membawa Trump menjadi presiden ke-45 AS. Meski berada di luar Gedung Putih, sangat mungkin dia tetap akan memberikan ide-ide rasialnya kepada Trump.