Kembalikan Harga Diri yang Hilang
Terlebih saat ini, budaya meniru dengan dunia luar dinilai menjadi momok yang mengancam nilai-nilai keluhuran bangsa. Masyarakat Indonesia, bahkan menggiring dirinya sendiri pada posisi lemah dengan menasbihkan negara luar atau bangsa barat sebagai perwujudan masyarakat maju.
"Tahun 2014 nanti, isu-isu politik harus diimbangi wacana kebudayaan. Kampus-kampus harus membuat kurikulum yang mengukuhkan identitas. Soalnya, banyak mahasiswa yang tidak tahu lagi identitas nasionalnya, apalagi identitas lokalnya," kata dosen Universitas Islam Negeri Makassar yang fokus mengkaji kurikulum berbasis budaya ini.
Budayawan, Dr.A.Halilintar Lathief, M.Pd yang memandu dialog itu menggarisbawahi perlunya gerakan berkelanjutan untuk mengawal tahun politik (2014) dengan menggiatkan kegiatan-kegiatan kebudayaan. Halil menyebut istilah "ati macinnong" (hati yang bening) yang perlu dimiliki untuk mengawal tahun 2014 agar tidak merusak karakter kemanusiaan kita. Melalui lembaga yang dipimpinnya, Rumah Budaya "Baruga Nusantara", Halil (sapan akrab Halilintar Lathief), bahkan siap memberi referensi hasil-hasil penelitian kebudayaan yang terkait dengan nilai-nilai karakter bangsa.
H.M.Dahlan Yusuf pun menyambut baik. Terutama soal nilai-nilai karakter yang semakin memprihatinkan. Ia mencermatinya dari sisi agama. Katanya, agama ialah akhlak mulia dan budi pekerti yang baik. Peserta diskusi ini pun mendukung pernyataan Ishak, "Saya sangat setuju yang dibilang Pak Ishak, bahwa mari kita merebut kembali harga diri yang hilang," kata Dahlan. (fajar)