Kementan Optimistis Program Serasi di Kalimantan Selatan Sesuai Harapan
"Juga dilakukan pemanfaatan decomposer hasil riset Balittra untuk mempercepat proses penguraian sisa-sisa rumput belukar yang dibersihkan. Sehingga tidak diperlukan pembakaran. Dan penggunaan benih resisten genangan dan kemasaman, seperti Inpar," jelasnya.
Pola optimasi lahan rawa yang dilaksanakan Kementan ini telah terbukti berhasil membalikkan kondisi rawa yang suram, menjadi harapan sumber penghasil pangan masa depan.
Direktur Perluasan dan Perlindungan Lahan, Ditjen PSP, Indah Megahwati menyampaikan, Kalsel memiliki lahan rawa hampir 80 persen dan merupakan potensi besar. Namun, untuk mengoptimalkan potensi tersebut tidak mudah.
Menurut dia, bukan hanya tanahnya yang memerlukan waktu untuk proses perbaikan, sumber daya manusia (SDM), juga menjadi kendala.
Dia mencontohkan, lahan yang sebelumnya sudah pemerintah buka untuk budi daya padi, ternyata wilayah itu tidak ada penduduknya, sehingga pemerintah kesulitan mencari yang akan bertanam.
Kendala pemanfaatan lahan di Kalsel, menurut Indah, tidak semudah lahan rawa yang dibuka di Sumatera Selatan yang kemudian dikelola pihak swasta.
Di Kalsel, pemerintah berkeinginan masyarakat setempat ikut berperan mengelola lahan tersebut dengan dibantu pemerintah dan TNI.
Karena itu kemudian, pemerintah memberikan contoh cara mengelola lahan rawa dan memfasilitasinya hingga berjalan. Bahkan kini akses di lokasi Jejangkit sudah jauh lebih baik dan desanya pun terbangun.