Kementan Tantang Akademisi Genjot Daya Saing Ternak Lokal
Menurut Ketut, untuk pengembangan ternak lokal perlu dilakukan upaya-upaya konservasi dalam pemuliaan yang jelas dan terukur. Pasalnya, selama ini pembibitan ternak khususnya ternak ruminansia besar sebagai penghasil daging dan susu belum menunjukkan hasil yang signifikan.
“Di sini belum dihasilkan adanya bibit dasar, bibit induk dan bibit komersial yang dapat diperdagangkan dan dinikmati oleh para peternak. Begitu pun sistem perbibitan ternak nasional belum berjalan sebagaimana diharapkan,” bebernya.
Akan tetapi, kata Ketut, saat ini pelaksanaan kegiatan Inseminasi Buatan (IB) pada ternak sapi merupakan salah satu upaya penerapan teknologi tepat guna yang merupakan pilihan utama untuk peningkatan populasi dan mutu genetik sapi. Melalui kegiatan IB, penyebaran bibit unggul ternak sapi dapat dilakukan dengan murah, mudah dan cepat.
“Selanjutnya juga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan para peternak,” tegasnya.
Terkait dengan peningkatan nilai tambah dan daya saing peternakan, status kesehatan hewan Indonesia harus menjadi semakin sempit. Ketut menilai apabila dalam 5 tahun terakhir, pengelolaan peternakan dengan menggunakan ternak yang bersertifikat dan makin menyempitnya wilayah endemik dan wabah, maka selain terjadinya peningkatan populasi dan produksi, secara ekonomis juga akan dapat meningkatkan volume ekspor komoditi peternakan.
“Untuk itu, mari kita bersinergi, sudah saatnya peternak menjadi subjek yang harus diberdayakan dan ditingkatkan kesejahteraannya. Kita harus berikan pelayanan, baik dalam penyediaan benih,bibit ternak, sarana dan prasarana, teknologi atau bioteknologi dalam pengembangan ternak lokal yang mereka miliki sehingga peternak bisa mandiri dan berdaya saing, bisa menjadi price maker bukan price taker,” tandasnya.(eno/jpnn)