Kementan Terapkan Aplikasi Teknologi Hemat Air di Lahan Berpasir untuk Hadapi El Nino
"Komponen-komponen kegiatan Fasilitasi Dampak Perubahan iklim pada tahun 2023 seluas 325 Ha ini berupa fasilitasi pompa, teknologi hemat air (irigasi tetes/sprinkler/kabut), teknologi panen air (embung, sumur dangkal, sumur dalam), pipanisasi dan penampungan air sementara ini diharapkan bisa meningkatkan pengamanan produksi hortikultura", ucapnya.
Sugeng Purwanto, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DI. Yogyakarta menyampaikan bahwa penerapan teknologi hemat air berupa irigasi kabut, irigasi sprinkler serta sumur dangkal sangat efektif di implementasikan pada komoditas bawang merah di lahan berpasir.
Hal ini sangat penting dilakukan mengingat aktivititas pertanian bergantung pada ketersediaan air sepanjang musim tanam.
"Petani dapat menerapkan teknologi irigasi tetes dan irigasi kabut untuk antisipasi musim kemarau", ungkapnya.
Hal senada disampaikan Sumarna, ketua kelompok tani Pasir Makmur, Desa Srigading, Sanden, Bantul yang telah menerapkan teknologi irigasi kabut. Untuk luasan 1.000 meter persegi dibutuhkan waktu 1 jam dengan debit air yang dikeluarkan sekitar 300 hingga 400 liter per menitnya.
"Irigasi kabut ini juga dapat mengendalikan hama, terutama ulat daun yang menjadi momok petani," kata dia.
Sumarna menambahkan, penyiraman di pagi hari dengan irigasi kabut juga bisa menghilangkan embun upas. Di sisi lain ada penghematan biaya, karena selang kabut dengan pemakaian dua musim tanam biaya modal sudah bisa kembali.
"Nilai usia dari selang kabut ini selama lima tahun standar pabrik, namun sampai saat ini kami pakai sampai enam tahun. Jadi penghematannya sangat banyak, dua musim tanam sudah balik modal, yang empat tahun selanjutnya sudah free", tambahnya. (jpnn)