Kementerian PUPR Bangun Jaringan Irigasi di NTT untuk Dukung Produksi Pertanian
Menurut Basuki, tidak hanya membangun jaringan irigasi baru saja, Kementerian PUPR pun melanjutkan rehabilitasi irigasi pada 8 DI dengan nilai anggaran Rp 119,5 miliar yang meliputi DI Nggorang, DI Lembor, DI Netemnanu, DI Tilong, DI Satarbeleng, DI Wae Dingin, DI Mbay Kanan, dan DI Nebe.
"Guna mempercepat aliran air ke persawahan sebagai jaringan irigasi, Kementerian PUPR bersama Tentara Nasional Indonesia (TNI) membangun prasarana air baku dgn pompa hidram dan jaringanya sebanyak 89 titik," beber Basuki.
Dia menyebut, hingga saat ini sudah ada 49 embung dengan air baku sebesar 202 l/detik dan 478 sumur air tanah dengan air baku sebesar 716 l/detik yang berpotensi melayani jaringan irigasi ke lahan pertanian seluas 12,864 ribu hektar.
Sejak 2014 Kementerian PUPR juga telah merencanakan program pembangunan bendungan sejumlah 6 buah di NTT sebagai suplai air kontinu untuk irigasi dan penyediaan air baku.
Saat ini terdapat 3 bendungan yang selesai dan telah beroperasi diantaranya, Bendungan Raknamo dengan kapasitas tampung air sebesar 14,09 juta m3, Bendungan Rotilot dengan kapasitas tampung air sebesar 2,90 juta m3, dan Bendungan Napungete dengan kapasitas tampung air sebesar 11,22 juta m3.
Adapun tiga bendungan lainnya masih dalam tahap pembangunan dan diharapkan selesai semua pada 2024.
"Bendungan-bendungan tersebut yakni Bendungan Temef di kabupaten Timor Tengah Selatan, Bendungan Manikin di kabupaten Kupang, dan Bendungan Mbay di kabupaten Nagekeo," jelas Basuki.
Selain penyediaan air baku dan pengirigasian guna mendukung program food estate pemerintah, seluruh bendungan tersebut berpotensi mereduksi banjir di NTT sebesar ± 1,915 meter kubik per detiknya serta penggerak untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang menghasilkan daya sebesar 2,575 megawatt. (mcr10/jpnn)